يٰبَنِىۡۤ اٰدَمَ قَدۡ اَنۡزَلۡنَا عَلَيۡكُمۡ لِبَاسًا يُّوَارِىۡ سَوۡاٰتِكُمۡ وَرِيۡشًا ؕ وَلِبَاسُ التَّقۡوٰى ۙ ذٰ لِكَ خَيۡرٌ ؕ ذٰ لِكَ مِنۡ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمۡ يَذَّكَّرُوۡنَ ٢٦Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Bahwasanya, lakukan ibadah kepada Allah dengan kemampuanmu sendiri, kesanggupan sampai batas yang bisa kamu lakukan, namun jauhi semua larangan Allah, tanpa batasan, namun semuanya.
Disana saya menyimpulkan bahwa, tidak perlu kita iri dengan ibadah orang lain jika kita belum merasa mampu melakukannya, karena yang dinilai oleh Allah bukan seberapa banyak target yang bisa kita lakukan, namun seberapa ikhlas kita menjalankan semuanya untuk mengharap ridho-nya Allah SWT.
Namun meskipun begitu, bukan berarti kita berhenti untuk nggak belajar dan melabeli diri dengan kemampuan yang itu-itu saja ya. Kita juga harus uprade diri dengan mendekati semua kebaikan-kebaikan yang Allah minta untuk kita ada didalamnya.
Dan itu, memang harus ada kemauan dari dalam diri sendiri, tidak bisa dipaksakan atau karena diperintahkan oleh orang lain. Yang kata suami saat kita diskusi adalah, jangan hanya mengharapkan hidayah dari Allah, karena hidayah itu datang ketika hati kita juga berkehendak mendekatinya.
Seperti halnya tentang keinginan untuk berhijab misalnya, pada waktu itu saya bilang:
"Bi.. aku dah berusaha untuk mengingatkan dan mencontohkan bagaimana cara berpaiakan yang baik sebagai muslimah kepada si ini, tapi semua kembali lagi kepada hidayah dari Allah"
Seketika itu, Abi bilang.. untuk mengubah diri sendiri, jangan hanya menunggu hidayah, tapi harus dipaksakan dari dalam diri sendiri, juga harus ada kemauan untuk menjalaninya.
Kalau apa-apa nyalahin nggak dapat hidayah yaaa... gimana ya. kesannya kita itu jadi buruk itu salahnya Allah...
Jadi kembali lagi sama topik takwa, bahwa menjauhi semua yang dilarang oleh Allah itu haruslah All in, semuanya tanpa terkecuali. Nah ini sekalian saya tuliskan rangkuman yang saya catat di Liqo' minggu lalu yaa...
Jalan menuju Takwa
1. Mengingat perjanjian dengan Allah sejak ruh ditiupkan di dalam rahim. Dan dalam setiap solat yang kita lakukan.
Nah ini juga yang membuat saya sangat perhatian dalam menanamkan keyakinan kepada anak untuk terus menjaga solat, bahwa solat itu sebuah kebutuhan, hal yang menyenangkan dan istirahat terbaik kita. Selain itu, pergaulan yang akan mereka hadapi kelak adalah sesuatu yang tidak bisa saya awasi, namun mulai sekarang mencarikan teman yang baik dan mengenalkan dunia yang sebenarnya InsyaAllah akan membuat anak perlahan-lahan tau apa maksudnya.
2. Muroqobah, Bahwa ada Allah di setiap apa yang kita lakukan dan ucapkan. Merasa diawasi oleh Allah.
Dalam ketakwaan akan memunculkan keikhlasan, yaitu ketika kita sudah tidak butuh penilaian dari orang lain. Sedangkan Muroqobah dalam kemaksiatan, kita harus sering istighfar.
Muroqobah dalam musibah, ada rasa ridho dan menerima segala takdir yang diberikan Allah untuk kita. Karena bisa jadi Allah menghilangkan ruang keburukan dengan musibah itu untuk memasukkan dan mengganti ruang tersebut dengan sebuah kebaikan. Pernah dengar kan, ketika kita sakit, maka Allah mengampuni dosa-dosa kita jika kita bersabar.
3. Muhasabah, Instrospeksi diri
Nah ini nih, instropeksi diri memang nggak mudah, butuh latihan bertahun-tahun untuk bisa sedikit masuk dan mau bermuhasabah setiap hari. Orang yang beruntung adalah orang yang lebih baik dari kemaren. Dan ini semua orang juga tahu.
4. Muaqobah, memberi sanksi pada diri sendiri. Ketika mulai tidak konsisten dengan kebaikan kebaikan. Bukan kita sebagai orang tua yang nyaman dengan kebathilan. Namun, jangan sampai anak nyaman dengan hal hal buruk, dengan kenyamanan untuk tidak beribadah, nggak ngaji, nggak hafalan.
5. Mujahadah, melawan dorongan hawa nafsu. Jangan sampai terkena penyakit wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati. Harus memaksa diri untuk tetap dalam jalan kebaikan. Karena kebaikan memang harus dipaksakan.
MasyaAllah ya ternyata.. Ketakwaan itu memang harus diperjuangkan, jangan sampai kita puas dengan ilmu yang dari dulu sebegitu saja. Nanti.. Bakalan Allah tanya lho.. 24 jam kamu pake buat apa ajaaa... ?
Semoga Allah menuntun kita dalam kebaikan kebaikan dan lingkungan yang membawa kita lebih dekat dengan-Nya yaa.. Semua kebenaran datangnya dari Allah, dan kesalahan datangnya dari saya sebagai manusia.
Posting Komentar
Posting Komentar