Dalam beberapa bulan terakhir ini, nampaknya saya kurang sekali meluangkan waktu untuk menulis dan berkeluh kesah di blog ini. Ada masanya dimana saya harus meluangkan waktu sejenak untuk kembali curhat.
Meskipun hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga biasa, eh bukan.. saya pikir saya sudah luar biasa dengan segala kehidupan baik yang Allah berikan untuk saya.
Kita mulai cerita ini dari kepindahan sekolah Zayn.
Teliti mencari sekolah
Ya..Zayn awalnya saya masukkan ke Sekolah yang searah dengan sekolah mas Kinza. Disana dekat, tidak sampai 5 menit dengan motor saya sudah sampai di Sekolah TK Zzayn. Awalnya biasa saja, saya mendaftar seperti kebanyakan orang tua mendaftarkan sekolah anaknya.
Hari pertama di tunggu, dan saya berharap hari seterusnya Zayn tidak boleh ditungguin oleh gurunya. Nyatanya tidak begitu. Hari kedua hingga hari ke-10, Zayn sama sekali tidak mandiri. Malah saya yang kerepotan harus nemenin Zayn sampai di kelasnya.
Masak kayak gini sekolah? Ya gak mungkin dong saya harus duduk termenung kayak orang nggak ada kerjaan nungguin Zayn sampai pulang sekolah. Ini bukan sekolah namanya, tapi pindah tempat manja-manjaan wkwkwkw.
Iya dong, di sekolah Zayn gak kira-kira manjanya, selain itu Zayn juga selalu rewel minta jajan depan sekolah yang gak tau lagi kayak gimana jajannya, jauh dari kata bersih dan sehat.
Faktor ke dua saya pindahin sekolah Zayn adalah, setiap pagi pembiasaan di sekolah tidak sesuai dengan aturan yang saya terapkan di rumah. Saya mewanti-wanti anak-anak untuk tidak makan dan minum sambil berdiri, eh di Sekolah dia melihat teman-temannya yang makan sambil berdiri bahkan sambil lari. Sangat kontra dengan peraturan yang ada di rumah. Sama sekali bukan yang kayak gini yang saya harapkan.
Ketiga, saya dan suami selalu berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mendengarkan musik apalagi musik Di-Je Ajeb.. Ajeb.. didalam rumah. Saya menjaga betul pendengaran anak-anak dari hal seperti ini. Namun di sekolah, Zayn justru setiap pagi senam dengan musik yang saya larang di rumah.
Kemudian saya berpikir, karakter yang seperti apa yang ingin saya ingin berikan kepada anak saya jika kebiasaan setiap paginya seperti ini. Mereka menyerap apapun dengan cepat, menirukan apapun dengan cepat dan terbiasa dengan apa yang mereka dengar di sekolah.
Saya percaya, setiap sekolah memiliki tujuan yang baik untuk murid-muridnya, hanya saja, mungkin cara memandang kebaikan ini berbeda setiap individunya.
Kesalahan saya dalam memilih sekolah
Awalnya, asal sejalan dengan sekolah mas Kinza, kemudian biaya juga ternyata sangat terjangkau. Tapi justru yang paling penting dan saya lupakan adalah bagaimana sekolah tersebut memberikan pendidikan kepada anak muridnya.
Pindah ke Sekolah tahfiz
Perjalanan ini kemudian berlanjut dengan sekolah baru, saya dan suami sempat galau buat mindahin sekolah Zayn. Sekolah Tahfiz itu tidak murah, dan benar biaya masuknya 10 kali lipat dari sekolah pertama. Sementara kami tidak memiliki uang sebanyak itu.
Tapi kemudian, saya dan suami berpikir,
"Orang saja bisa mengumpulkan uang banyak hanya untuk nonton konser orang-orang yang gak pakai baju, konser idola mereka yang sama sekali nggak ada manfaatnya untuk kehidupan ini bahkan sampai akhirat. Kenapa untuk kebaikan kita tidak bisa mengusahakan sekuat tenaga untuk sesuatu yang mulia?"
Bukan karena kita orang kaya, bukan karena kita orang miskin, tapi lebih kepada... seberapa besar kemauan kita untuk menjadi lebih baik.
Seberapa besar keinginan dan niat kita untuk memperjuangkan pendidikan terbaik untuk anak. Sedangkan, ketika kita membeli baju, gamis, jilbab, tas branded, motor, skincare, semuanya gak ada pertimbangan mendalam. Kepingin langsung beli, kepingin langsung kredit #hallah!
Dan itu sesuatu yang enggak penting-penting banget gitu lo, dan kita bisa tentu saja.
Melihat sisi Baik dari sebuah Kejadian
Hingga saat itu, Bismillah.. dengan nama Allah kami masukkan anak kami Zayn masuk ke Rumah Tahfiz Qur'an. InsyaAllah rezeki dari Allah, pasti ada jalan menuju kebaikan-kebaikan.
Kami belajar, bahwa ada orang yang lebih lebih lebih sederhana dari kami mampu menyekolahkan anaknya di sekolah tahfiz. Motor yang lebih butut dari kami, pakaian yang lebih sederhana dari kami, bisa membawa anaknya ke sekolah tersebut.
Malu rasanya hati ini, malu sekali karena kurang memiliki niat dan effort lebih untuk memperjuangkan agama Allah.
Jangan khawatirkan rezeki, karena setelah Zayn masuk sekolah tahfiz, Alhamdulillah.. Rezeki selalu ada menghampiri. Dari arah yang tidak bisa di bayangkan, jauh dari nalar.
Masih ragu berjuang di jalan Allah? Semoga tulisan ini menginspirasi ya...
Demi kewarasan emak, insyaAllah besok disambung lagi hehehe
Posting Komentar
Posting Komentar