Banyak orang diantara kita yang sedang belajar dan berjuang dengan hidupnya. Berusaha tetap bertahan dengan segala masalah dan pandangan negatif masyarakat tentang dirinya.
Salah satu orang hebat itu adalah OYPMK yaitu, orang yang pernah mengalami kusta.
Tidak semua orang tahu bahwa penyakit Kusta itu bisa disembuhkan dan penyakit menular yang paling tidak menular. Namun, karena mitos dan pandangan masyarakat yang sudah terlanjur menganggap kusta sebagai sebuah karma, hal ini menjadi beban tersendiri untuk para penderita kusta.
Di bulan kemerdekaan ini, KBR bersama NLR Indonesia kembali mengadakan pembicaraan yang tak henti-hentinya terus digaungkan untuk mensupport OYPMK dengan tema “Makna Kemerdekaan Bagi OYPMK, Seperti Apa?”
Live kali ini NLR Indonesia mengundang Dr. Mimi Mariani Lusli dari Mimi Institute dan Ibu Marsinah Dhede sebagai Aktivis Difabel & Perempuan serta OYPMK.
Di Awal pembukaan sharingnya, Dr. Mimi menyampaikan bahwa, bagi OYPMK dan disabilitas, stigmatisasi terhadap diri sendirilah yang harus dilawan dan damaikan. Bukan hanya pandangan orang lain terhadap penderita, tapi justru diri sendiri sering menjadi orang pertama yang kurang mempercayai diri sendiri dan merasa kehilangan hak untuk hidup.
Meskipun begitu, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk membantu OYPMK ini bisa menghadapi kehidupan normal kembali menghadapi masa depannya.
Dr Mimi mengharapkan, tenaga kesehatan yang paham akan Kusta memberikan penjelasan kepada penderita secara gamblang dan saran yang tepat agar yang bersangkutan bisa merdeka untuk mengatur dan mempersiapkan hidupnya dengan status baru sebagai OYPMK.
Merdeka bagi OYPMK Seperti apa?
Bisa menjalani kehidupan secara normal dan diperlakukan seperti kebanyakan orang normal adalah harapan semua OYPMK.
Ada beberapa faktor yang membuat OYPMK merasa tidak merdeka dengan banyak sekali perasaan khawatir seperti cemas dan stres yang berlebihan.
Selain itu, stigmatisasi masyarakat kepada penderita Kusta dengan mitos-mitos yang keliru membuat para penyandang disabilitas termasuk OYPMK merasa rendah diri.
Oleh karenanya, tugas kita sebagai orang yang tahu bahwa kusta itu bisa disembuhkan dan bukan penyakit kutukan harus mengabarkan kepada banyak orang. Karena kurangnya pengetahuan akan penyakit ini membuat banyak orang beranggapan salah tentang kusta dan disabilitas.
Dengan begitu, kita secara tidak langsung membantu OYPMK dan difabel untuk bisa merdeka dalam arti yang sesungguhnya.
Kita Bisa Merdeka
Bu Marsinah Dhedhe, salah satu tamu yang diundang dalam acara ini membagikan pengalamannya sebagai OYPMK.
Bu Dhedhe menyampaikan bahwa dirinya mengalami kusta sejak sebelum 10 tahun. Dari radio Bu Dhedhe, bisa mengidentifikasi dirinya bahwa ia harus dibawa ke puskesmas karena mengalami kusta.
Bu dhedhe berharap, pemerintah memberikan affirmative action berupa dukungan pendidikan dan skill kepada difabel dan OYPMK agar tidak tertinggal.
Bu Dhedhe juga membagikan pengalamannya bagaimana ia bertahan dengan stigma negatif lingkungan sekitar bahkan dari gurunya yang belum tau banyak tentang Kusta.
Dari sini kita sadar bahwa, saat di dalam keluarga sudah mendapatkan dukungan penuh, seharusnya di masyarakat juga memberi kesempatan untuk merangkul disabilitas dan OYPMK untuk terlibat dalam kehidupan sosial.
Kesimpulan
Dari pengalaman dua perempuan hebat OYPMK ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa. Untuk merdeka, mulai dari diri sendiri dan dukungan penuh keluarga.
Meskipun membutuhkan proses yang tidak sebentar, keberanian untuk berbicara menyampaikan kondisi kita dengan jujur dan penjelasan yang sebenarnya akan membuat orang mengerti tentang kondisi kita. Karena merdeka itu harus diperjuangkan.
Yuk lebih peduli dengan sekitar, membaca lebih banyak, mendengarkan lebih dalam serta menulis lebih giat untuk menyebarkan kebaikan-kebaikan yang belum orang tau untuk kemerdekaan bersama.
Posting Komentar
Posting Komentar