Beberapa hari yang lalu saya dan masyarakat sekitar bergotong-royong membersihkan jalan menuju ke pemakaman umum kampung tempat tinggal kami.
Di kiri dan kanan jalan yang kami bersihkan tersebut, terdapat sawah dan kebun yang irigasinya sangat lancar. Air yang digunakan untuk irigasi berasal dari sungai.
Tapi, berbeda dengan sawah-sawah pada umumnya, sawah di sini tampak sangat kotor karena dipenuhi sampah plastik. Saya yakin, tidak sulit untuk menebak dari mana asal sampah tersebut?
Ya, semua sampah-sampah tersebut datang dari hulu atau dari pemukiman sepanjang aliran sungai.
Saya yakin, sampah yang sampai ke sawah ini adalah sebagian kecil dari sampah-sampah yang hanyut di sungai. Dan, sebagian besarnya, saya yakin akan hanyut hingga ke laut.
Praktis, ketika kami membersihkan jalanan tersebut, kami tidak hanya membersihkan rumput dan ilalang, tapi juga sampah-sampah plastik, popok sekali pakai, hingga bungkus makanan dan minuman ringan yang sebelumnya diangkat oleh petani dari parit yang tersumbat.
Setelah sekian tahun tidak dibersihkan dan terendap di pinggir jalan, sampah-sampah tersebut tampak masih utuh dan tidak terurai sama sekali.
Dan tentu saja, di daerah-daerah lain juga pasti banyak sekali kasus-kasus seperti ini. Membuat kita bertanya-tanya, mengapa tingkat kesadaran masyarakat dalam hal membuang sampah di tempatnya masih sangat minim? Dan, bagaimana seharusnya sampah dikelola agar tidak menjadi masalah lingkungan?
Program Zero Waste Cities (ZWC) oleh Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB)
Narasumber konferensi pers Menjajaki Transisi Perjalanan Kota Bandung menuju Zero Waste Cities |
Ngomong-ngomong soal sampah. Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti konferensi pers Menjajaki Transisi Perjalanan Kota Bandung menuju Zero Waste Cities yang diadakan melalui ruang Zoom.
Dalam acara yang dihadiri oleh ibu Devi Yulianti STMT selaku DLH Kota Bandung, kemudian Ir. Ismaria MT selaku Bandung Juara Bebas Sampah (BJBS), serta Ibu Ratna Ayu Wulandari S.Hut dari Zero Waste Citizenship Kota Bandung membawakan materi yang sangat luar biasa bermanfaat.
Materinya sendiri berkutat seputar, Pengembangan program Zero Waste Cities (ZWC). Yang sebenarnya telah dirintis sejak tahun 2013 oleh Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB).
Pada acara tersebut, narasumber memaparkan apa saja problem dan kiat dalam mengelola sampah di kota Bandung yang bertujuan untuk, mengurangi, memisahkan, serta memanfaatkan sampah.
Program ini sendiri lebih dikenal dengan prinsip "Kang Pisman" yang merupakan akronim dari "Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan."
Tujuan tata kelola sampah ini adalah untuk mewujudkan sekaligus mengembangkan KBS (Kawasan Bebas Sampah), mulai dari wilayah Kelurahan, Kecamatan, hingga Kota, yang telah diinisiasi oleh pemerintah kota Bandung sejak tahun 2015 yang lalu.
Pada acara tersebut, diungkapkan bahwa tata kelola persampahan di kota Bandung yang mengusung prinsip Kang Pisman masih belum mencapai hasil seperti yang diharapkan.
Menurut pemaparan yang saya dengar, masalah studi kasus di lapangan masih berkutat di sumber sampah, yaitu rumah tangga itu sendiri.
Kesadaran masyarakat untuk memisahkan sampah sejak dari rumah masih sangat rendah.
Kelurahan Sukaluyu dan Babakan Sari adalah 2 kelurahan yang dijadikan sebagai pilot project oleh KBS.
Di kedua kelurahan tersebut, masyarakatnya diminta untuk memilah sampah sejak dari rumah. Sedangkan sampah-sampah organik dibuat menjadi kompos.
Dari kedua kelurahan yang dijadikan sebagai pilot project tersebut, hanya 1 RW dari Kelurahan Babakan Sari saja yang sudah secara konsisten melakukan pemilahan sampah sejak dari rumah tangga.
Menurut keterangan narasumber, sistem pemilahan sampah yang ada pada pilot project masih terlalu bertumpu pada sosok ketokohan di RW setempat. Sehingga, dalam proses transformasi penanganan sampah oleh pemerintah kota Bandung lewat program KBS tampak belum efisien.
Dibutuhkan perbaikan-perbaikan dalam tata kelola persampahan yang telah diterapkan agar bisa mencapai hasil yang diinginkan. Dimulai dari, sistem regulasi, operasional, kelembagaan, pembiayaan, serta pelibatan masyarakat.
Dari apa yang saya simak, belum berjalannya program Zero Waste Cities oleh YPBB untuk mewujudkan kawasan bebas sampah masih terkendala pada:
- Keengganan warga memilah sampah sejak dari rumah
- Warga tampak enggan menyetorkan sampah
- Sistem pengumpulan sampah yang masih perlu mengalami perbaikan
- Kurangnya ketegasan petugas dalam menanggapi warga yang tidak taat.
- Proses monitoring serta evaluasi yang masih belum dikerjakan sesuai jadwal. Dan,
- Sistem pengelolaan sampah belum diberi anggaran khusus dari pemerintah kota
Padahal, program yang diinisiasi oleh YPBB ini menurut saya memiliki manfaat yang sangat luar biasa. Karena sampah merupakan masalah kita bersama.
Sejauh yang saya tahu, masyarakat dunia menghasilkan setidaknya ada 2,01 miliar limbah padat (sampah) setiap tahunnya.
Dan, hanya 33% dari sampah tersebut yang dikelola dengan cara yang ramah lingkungan.
Jumlah sampah yang sedemikian banyak tersebut, semuanya akan tercampur di tempat pembuangan sampah (TPA). Sampah-sampah tersebut, akan terus terakumulasi dan terus bertambah setiap tahun.
Jika terus seperti ini, tidak menutup kemungkinan apabila anak cucu kita di masa depan akan kesulitan menemukan lingkungan yang sehat.
Oleh sebab itu, kita harus mulai memisahkan sampah dari rumah secara akurat. Nah, agar bisa memilah sampah dengan benar, kita harus tahu bagaimana cara mengelompokkan sampah-sampah tersebut.
Berikut adalah beberapa contoh pengelompokan sampah sesuai dengan jenisnya.
Pengelompokan Sampah Berdasarkan Jenisnya
1. Sampah Organik
- Sayur-sayuran
- Buah-buahan
- Dedaunan
- Serutan kayu atau pensil
- Sisa makanan seperti nasi, kue, atau jajanan
2. Sampah Non-Organik (Daur Ulang)
- Sampah berbahan kertas seperti majalah, karton hingga koran
- Kemasan seperti botol atau toples
- Kemasan yang terkontaminasi bahan berbahaya seperti kaleng cat
- Wadah plastik seperti botol air maupun kemasan susu
Disamping kedua pengelompokan sampah berdasarkan jenisnya di atas, sampah-sampah berikut ini juga perlu dikelompokkan secara tersendiri.
3. Limbah Konstruksi
- Asbes
- Keramik atau ubin
- Kaca
- Limbah logam atau kabel
- Semen
- Cat dan pernis
- Perekat atau lem
4. Limbah kendaraan
- Ban
- Bantalan rem
- Baterai mobil (aki)
- Oli atau pelumas
5. Peralatan elektronik
- TV, monitor, dan proyektor
- Mesin cuci
- Bola Lampung
- Baterai
- AC
6. Limbah kesehatan
- Alat pelindung diri (APD) seperti masker dan sarung tangan
- Popok dan pembalut
Manfaat Memisahkan Sampah
Apabila kita menerapkan pemilahan sampah berdasarkan kategori atau kelompok-kelompoknya seperti yang telah saya sampaikan di atas, pihak pengelola sampah akan lebih mudah mengarahkan sampah-sampah tersebut ke tujuan yang tepat.
Seperti sampah yang dapat didaur ulang misalnya. Sampah-sampah tersebut bisa dikirim ke tempat pemrosesan daur ulang sampah untuk dijadikan sebagai barang-barang fungsional yang dapat dimanfaatkan kembali.
Sedangkan sampah-sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Begitu juga dengan sampah-sampah yang lain, termasuk sampah-sampah yang berbahaya agar bisa diolah secara benar sehingga tidak menyebabkan kerusakan lingkungan.
Peran pemerintah sangat penting dalam dalam menyadarkan masyarakat akan arti penting memilah sampah. Namun, kita sebagai masyarakat juga tidak harus selalu berpangku tangan.
Selama kita bisa melakukannya (memilah sampah), kita harus mulai mencoba menerapkannya. Meskipun petugas pengumpul sampah di tempat kita belum menerapkan pemilahan sampah berdasarkan jenis-jenisnya.
Karena saya yakin, sekecil apapun tindakan "benar" yang kita lakukan akan memberikan dampak besar di masa depan.
Posting Komentar
Posting Komentar