Beberapa waktu yang lalu…
Ketika saya dan teman saya ngobrol-ngobrol soal dunia kepenulisan. Di antara obrolan kami, terselip sebuah nama yang sebenarnya tidak begitu asing buat saya.
Nama yang saya maksud adalah “Habibie Afsyah.” Seorang penyandang disabilitas yang sukses menggeluti bisnis internet marketing.
Selain sukses di internet marketing, Habibie Afsyah juga menjadi influencer sekaligus inspirator bagi banyak orang. Termasuk teman saya itu--yang sekarang sudah sukses membangun bisnis blogger. Ternyata pernah pula belajar dari Habibie Afsyah.
Mengingat obrolan kami tersebut. Saya pun teringat kembali pada sebuah talk show yang pernah saya ikuti beberapa waktu lalu.
Sebuah talk show ruang publik KBR, yang bertajuk “Yang Muda Yang Progresif, untuk Indonesia Inklusif.”
Ketika mengikuti Talk Show ini melalui platform YouTube, mata saya seolah-olah baru terbuka. Betapa banyak saudara-saudara kita, para penyandang disabilitas di tanah air yang berjuang lebih berat untuk mendapatkan pekerjaan.
Tidak hanya berjuang karena mereka sering dianggap kurang mampu. Tapi, mereka juga masih diharuskan untuk berjuang dari pem-bully-an dan berbagai bentuk diskriminasi lainnya. Yang sudah pasti, bisa bikin mereka merasa malu, rendah diri, dan minder.
Talkshow Ruang Publik KBR - Yang Muda Yang Progresif, untuk Indonesia Inklusif
Pada talk show tersebut, hadir 2 orang narasumber yaitu:
- Ibu Widya Prasetianti, seorang Program Development & Quality Manager, dari NLR Indonesia; dan
- Ibu Agustina Ciptarahayu, Founder sekaligus CEO PT. Botanina Hijau Indonesia
Dari Ibu Widya Prasetianti, saya memperoleh banyak info mengenai jumlah anak muda di Indonesia. Khususnya untuk Gen Z yang berusia antara 9-24 tahun.
Ternyata jumlah mereka cukup banyak. Setidaknya, 27,9% masyarakat Indonesia adalah Gen Z. Jika dikalkulasi, jumlahnya tidak kurang dari 75 jutaan.
Dari 75 juta anak muda tersebut, 21% diantaranya adalah penyandang disabilitas dengan usia 5-24 tahun. Jika dibulatkan, jumlahnya tidak kurang dari 5 juta orang.
Dan dari 5 juta anak muda penyandang disabilitas tersebut, sebagian diantaranya adalah Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).
Kalau dibandingkan dengan penyandang disabilitas lainnya, OYPMK lebih sering mengalami diskriminasi. Karena banyak stigma negatif yang berkembang di masyarakat yang mengakibatkan orang-orang jadi takut bergaul dengan OYPMK.
Kondisi tersebut tentu saja membuat mereka (OYPMK) semakin kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Padahal, mereka yang sudah sembuh, sebenarnya tidak lagi perlu dikhawatirkan akan menularkan penyakit kusta kepada orang lain.
Jadi, dukungan dalam bentuk apa yang bisa kita berikan kepada mereka para penyandang disabilitas, dan perlakuan seperti apa yang sebaiknya kita berikan kepada OYPMK?
1. Jangan Takut Mempekerjakan OYPMK
Menurut ibu Widya Prasetyanti dari NLR…
Oh ya, saya perlu sedikit menjabarkan tentang NLR supaya lebih nyambung ya…
NLR adalah organisasi non-pemerintah yang didirikan pada tahun 1967 di Belanda. Tujuan organisasi ini didirikan adalah untuk menanggulangi kusta dan konsekuensinya di seluruh dunia.
Jadi nggak hanya di Indonesia, organisasi ini juga ada di beberapa negara lain lho. Terutama, negara-negara yang jumlah penyandang kustanya banyak seperti, Nepal, India, Mozambique, dan Brazil.
Ada 3 pendekatan yang dilakukan oleh NLR yaitu,
- Zero transmission (nihil penularan)
- Zero disability (nihil disabilitas), dan
- Zero exclusion (nihil eksklusi)
Dari gambaran singkat di atas, saya harap kamu bisa menyimpulkan siapa itu ibu Widya Prasetyanti dan bagaimana keseharian serta pengalamannya.
Ya, setiap waktu... beliau sudah pasti akan bergaul dan berhubungan dengan OYPMK. Tidak hanya berhubungan dan sering melakukan kontak langsung, Ibu Widya juga banyak menerima dan mempekerjakan (saudara-saudara kita) para disabilitas, khususnya OYPMK di kantor NLR.
Melalui beliau, saya mendapat banyak informasi mengenai, bagaimana cara memberikan kesempatan kepada saudara-saudara kita untuk mendapatkan kesetaraan hak kerja dan lain sebagainya.
Dari beliau, saya pun jadi tahu dan sadar bahwa OYPMK juga,
- Punya potensi
- Tidak perlu ditakuti dan dijauhi, dan
- Bahkan bisa memberikan sumbangsih yang sama seperti orang normal lainnya untuk memajukan dan mensejahterakan bangsa Indonesia
Ada banyak contoh penyandang disabilitas yang justru menjadi sumber inspirasi bagi kita. Salah satunya adalah Habibie Afsyah, seperti yang telah saya sebutkan di atas, meskipun ia bukanlah OYPMK.
Ibu Widya yang punya banyak pengalaman--karena sering menerima OYPMK untuk magang di NLR, juga mengatakan bahwa, OYPMK pada dasarnya tidak membutuhkan perlakuan dan fasilitas khusus untuk bekerja.
Meski demikian, mereka tentu saja tidak bisa disamakan dengan orang-orang yang normal. Sehingga, sedikit banyak mereka membutuhkan penyesuaian, waktu kerja yang lebih terbatas, dan beberapa orang mungkin membutuhkan tools khusus.
2. Jangan Jauhi OYPMK
Tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Widya, Ibu Agustina Ciptarahayu selaku Founder sekaligus CEO PT. Botanina Hijau Indonesia juga menyampaikan bahwa, “penyandang disabilitas sangat bisa diandalkan.”
Terbukti, dalam menjalankan bisnisnya, Ibu Agustina banyak mempekerjakan karyawan disabilitas.
Bahkan menurutnya, banyak sekali karyawannya (full time ataupun part time) penyandang disabilitas, justru bisa menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang terhitung normal.
3. Bantu OYPMK Memaksimalkan Potensinya
Banyak penyandang disabilitas yang merasa minder atau malu karena kondisi atau kekurangan mereka. Sebagai saudara sebangsa dan setanah air serta saudara dalam kemanusiaan, sudah menjadi tugas kita untuk membantu mengembalikan kepercayaan diri sekaligus maksimal potensi mereka.
Ibu Widya menceritakan bahwa--banyak sekali pengalaman-pengalaman beliau dengan para penyandang disabilitas, yang membuat beliau menyadari bahwa... para penyandang disabilitas juga banyak yang berbakat dan memiliki skill mumpuni, namun seringkali kurang terasah.
Dengan sedikit sentuhan, tidak jarang, penyandang disabilitas justru bisa menunjukkan skill di atas rata-rata. Selain itu, saudara-saudara kita tersebut juga kerap menunjukan semangat atau etos kerja yang tinggi.
Kesimpulan
Setiap tahun, setidaknya ada 16.000 penyandang kusta baru di Indonesia. Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) yang tadinya normal, tidak sedikit di antaranya yang kemudian menjadi penyandang disabilitas.
Penyakit dan kekurangan mereka tersebut kerap kali membuat mereka mengalami diskriminasi, khususnya di dunia kerja. Padahal, tidak sedikit diantara mereka yang punya skill atau kemampuan setara, atau bahkan melebihi orang normal.
Namun, stigma yang berkembang di masyarakat--yang kebanyakan adalah stigma negatif, justru membuat para penyandang disabilitas mengalami diskriminasi sehingga, mereka kesulitan untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan.
Melalui Talk Show ruang publik KBR, yang mengangkat tema “Yang Muda Yang Progresif, untuk Indonesia Inklusif.” Ibu Widya Prasetianti, seorang Program Development & Quality Manager, dari NLR Indonesia; dan Ibu Agustina Ciptarahayu, Founder sekaligus CEO PT. Botanina Hijau Indonesia berusaha mengajak dan menyadarkan kita agar, tidak mendiskriminasi para penyandang disabilitas, khususnya OYPMK.
Dari pemaparan beliau-beliau tersebut, banyak sekali informasi dan pelajaran yang bisa kita dapatkan mengenai potensi penyandang disabilitas, khususnya OYPMK.
Nah, buat kalian yang punya pertanyaan seputar OYPKM, kalian bisa meninggalkan pertanyaan di kolom komentar. Atau bisa juga langsung mencari informasi lebih lengkap di situs nlrindonesia.or.id.
Posting Komentar
Posting Komentar