Hai Jombloku
Sudah lama sekali sejak terakhir aku curhat sama kamu. Sedikit sedih juga nih, menorehkan tinta virtual hanya saat karena keterpaksaan deadline, seolah aku melupakan alasanku untuk tetap menulis disini. Haruskah kuulang lagi untuk apa aku menulis, bagaimana aku bisa berada ditengah ribuan orang yang menulis kisahnya, haruskah kuulang kembali agar kamu tak sesedih sekarang?
Aku menulis karena aku mau
Saat ada sesuatu yang membuatku tak nyaman untuk terus bertahan, aku akan meninggalkannya. Bukan.. aku bukan orang yang gemar meninggalkan sesuatu, aku juga bukan orang yang tidak tau diri meninggalkan kenangan yang sudah dibuat oleh orang lain untukku. Namun, jika aku sendiri tidak nyaman dengan keadaan, untuk apa dipertahankan?
Bagaimana bisa aku menulis dibawah tekanan dan ketikdak senangan dengan diri sendiri. Aku, sudah belajar menerima diriku apa adanya, yang sederhana, yang biasa saja dan tak menuntut banyak hal yang gak bisa kugapai. Aku bukan seorang ambisius. Biar saja mereka menyebutku tak punya keinginan tinggi. Sesungguhnya.. keinginanku hanyalah menjadi diriku sendiri yang bertahap maju dengan perlahan, tanpa keterpaksaan, tanpa olokan.
Ketika aku mulai merasakan bagaimana aku mulai merasa salah dengan diriku sendiri, aku akan berhenti. Seperti kamu yang selalu mengajarkan kepadaku tentang penerimaan. Jombloku, kamulah alasanku bisa menjadi lebih baik, bisa keluar dari bayang-bayang kebodohan juga kesendirian yang tak berujung, karena itulah kunamai kamu dengan namamu.
Aku akan mencari jalan lain yang membuatku merasa diterima, jika tidak diterima? Buat apa. Aku tak butuhkan itu, Aku tak bisa mengikuti mereka yang sulit kuiikuti, seperti selama ini, kata hati.
Untuk apa?
Jika berjalan beriringan membuat luka semakin banyak tersebar dalam hati, menambah lubang-lubang menyakitkan yang tak bisa kuobati, Untuk apa? Mereka juga tak memaksa.. hanya saja aku yang tak bisa untuk biasa.
Aku menulis karena cinta, dan akan kutorehkan tinta cinta yang mengajak hati saat mulai menarikan jemari dengan tinta virtual ini. Semoga Tuhan selalu mengajakku kepada kebaikan hati yang aku sendiri bahkan masih terus berusaha mencari dan memperbaiki.
Aku hidup, untuk diriku.. Aku menulis, Untuk hatiku.. Itulah mengapa sampai sakarang aku bisa bertahan dan bersamamu..
Untuk apa? Jangan ditanya..
Ih, ceritanya dikit doang.
BalasHapusApaan ini?
Berkias-kias pulak.
Kangen Inul yang nyablak
Ahahahahaha
Eh, udah nggak nyablak lagi, ya?
namanya aja syurhat gessss wwkkww
Hapus