Berdiri pada 1973 dengan nama awal Raja Garuda Mas, Royal Golden Eagle merupakan korporasi kelas internasional. Mereka berkecimpung dalam industri pemanfaatan sumber daya alam dengan bidang bisnis mulai dari pulp & paper, kelapa sawit, pengembangan energi, selulosa spesial, sampai viscose fibre.
Source: BUMN.Go.Id |
Sebagai perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam, Royal Golden Eagle amat berkepentingan terhadap kelestarian lingkungan. Selain demi menjaga keseimbangan iklim, bumi yang terjaga dengan baik juga berguna bagi kelangsungan bisnis RGE.
Ada banyak langkah yang dilakukan oleh grup yang berdiri dengan nama Raja Garuda Mas tersebut untuk menjaga alam. Salah satunya adalah pemberian insentif bagi sejumlah desa yang mampu mengamankan wilayahnya dari kebakaran.
Langkah tersebut baru saja dilakukan oleh anak perusahaan Royal Golden Eagle, Asian Agri, pada Agustus 2017. Lini bisnis RGE yang berkiprah di industri kelapa sawit tersebut memberikan insentif kepada lima desa di Provinsi Riau dan Jambi.
Adapun desa-desa tersebut adalah Desa Lubuk Ogong, Desa Lalang Kabung, Desa Delik, dan Desa Segati di Provinsi Riau. Sedangkan satu desa lainnya ialah Desa Lubuk Bernai yang berlokasi di Provinsi Jambi.
Asian Agri mengucurkan dana masing-masing Rp100 juta untuk kelima desa tersebut karena bisa menjaga wilayahnya bebas dari api selama tahun 2016. Nantinya dana itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan desa seperti pemberdayaan masyarakat atau peningkatan fasilitas publik. Namun, selain kedua aspek tersebut, pemanfaatan untuk pengadaan maupun peningkatan fasilitas pengendalian kebakaran di sana tetap tidak dilupakan.
Pemberian insentif seperti itu merupakan bagian dari program yang dinamai Desa Bebas Api. Pada dasarnya, ini adalah kegiatan untuk mengelola kebakaran lahan dan hutan. Namun, anak perusahaan Royal Golden Eagle ini menggunakan pola pikir berbeda dibanding pihak lain. Mereka lebih mementingkan antisipasi supaya tidak terjadi kebakaran. Hal ini merupakan terobosan baru. Biasanya manajemen api hanya bersifat reaktif ketika insiden telah terjadi seperti pemadaman atau evakuasi warga yang terdampar.
Dalam Program Desa Bebas Api, Asian Agri menggandeng masyarakat desa. Mereka tercatat merangkul tujuh desa di Riau dan dua desa lain di Jambi. Desa diajak aktif untuk menjaga wilayahnya dari ancaman kebakaran. Jika berhasil, setiap tahun anak perusahaan Royal Golden Eagle itu bakal memberikan insentif kepada desa.
“Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam penurunan angka kebakaran lahan adalah inisiatif desa yang turut berperan dalam pencegahan kebakaran. Selain berkomitmen untuk tidak melakukan pembakaran lahan, sebagai pihak yang paling dekat dengan lokasi berpotensi terbakar, pencegahan dan antisipasi dini akan lebih mudah untuk dilakukan agar api tidak berkembang lebih luas,” ujar Head of Sustainability Operation & CSR Asian Agri, Welly Pardede.
Asian Agri mulai melakukan Program Desa Bebas pada 2016. Mereka mengikuti jejak langkah anak perusahaan RGE lainnya, APRIL Group, yang menggagas kegiatan tersebut.
Di mata Asian Agri, Program Desa Bebas Api efektif dalam menekan angka kebakaran. Pasalnya, masyarakat ikut terlibat dalam menjaga wilayahnya masing-masing dari bahaya api.
“Kami sadar upaya pencegahan karhutla (kebakaran hutan dan lahan, Red.) harus dilakukan secara berkelanjutan, sehingga kami belajar dari PT Riau Andalan Pulp & Paper (unit bisnis APRIL, Red.) untuk melaksanakan program desa bebas api ini,” Manager Sustainability Asian Agri, Zulbahri, di Bisnis.com.
Selama ini kebakaran lahan dan hutan sudah menjadi problem nasional. Skalanya yang cukup besar membuat kolaborasi antar pihak dibutuhkan. Pihak swasta seperti Royal Golden Eagle tidak akan mampu mengatasinya seorang diri. Dukungan pemerintah serta masyarakat amat diperlukan. Inilah yang membuat konsep Program Desa Bebas Api relevan dalam menjawab permasalahan kebakaran di Indonesia.
“Kebakaran lahan merupakan bencana nasional. Oleh karena itu, penanganannya membutuhkan peran serta dari seluruh elemen bangsa. Dalam hal ini, kerja sama antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat dibutuhkan untuk memastikan pencegahan kebakaran hutan dan lahan dapat dilakukan dengan optimal,” Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Montty Girianna.
TERBUKTI EFEKTIF
Source: Tribun Pekanbaru |
Program Desa Bebas Api akhirnya memang terbukti efektif dalam mengamankan lahan dan hutan dari ancaman kebakaran. Asian Agri sudah membuktikannya sendiri.
Pada 2016, sejalan dengan bergabungnya sembilan desa dalam Program Desa Bebas Api, ada 306.664 hektare lahan yang dilindungi dari bahaya kebakaran. Tingkat kesuksesannya juga amat tinggi. Pada 2015, ada 13,57 hektare lahan yang terbakar di sana. Namun, sejak Program Desa Bebas Api diterapkan, jumlah kebakaran menurun drastis. Pada 2016, tinggal 7,98 hektare lahan yang dilalap si jago merah.
Kesuksesan ini rupanya menarik hati desa-desa lain. Mereka melihat persis manfaat Program Desa Bebas Api yang digulirkan oleh Asian Agri. Akibatnya mereka tertarik untuk mengikuti program tersebut.
Pada 2017, ada tujuh desa tambahan yang ingin berpartisipasi dalam Program Desa Bebas Api. Ini membuat jumlah desa peserta meningkat menjadi 16 desa.
Peningkatan jumlah desa yang ikut berarti pula menambah jangkauan kawasan yang dijaga dari kebakaran. Hal ini penting karena seiring dengan datangnya musim kemarau, bahaya api kian besar.
Kondisi ini diakui oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau. Menurut Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau, Jim Gafur, pihaknya memang menemukan sejumlah titik panas di wilayahnya. “Sudah sepekan Riau tidak ada hot spot, tetapi dua hari terakhir muncul hot spot dalam jumlah banyak. Ini harus terus dicek, untuk mencegah karhutla,” ucapnya pada Agustus 2017.
Oleh sebab itu, semakin banyak pihak yang berpartisipasi, peluang untuk mengamankan sebuah wilayah dari ancaman kebakaran kian besar. Inilah yang sebenarnya menjadi target utama dari Asian Agri.
Sebagai bagian dari Royal Golden Eagle, Asian Agri memang berkomitmen untuk ikut aktif dalam menjaga kelestarian alam. Maka, ancaman kerusakan yang muncul dari kebakaran merupakan salah satu hal yang wajib diantisipasi.
Royal Golden Eagle memang memiliki arahan kerja bagi anak-anak perusahaanya terkait kelestarian alam. Mereka menamainya sebagai filosofi bisnis 5C.
Di dalam filosofi bisnis tersebut terkandung prinsip kerja agar semua pihak di Royal Golden Eagle ikut menjaga keseimbangan iklim. Untuk melakukannya, beragam upaya pelestarian alam dan praktik ramah lingkungan wajib dilakukan oleh grup yang dulu bernama Raja Garuda Mas tersebut.
Filosofi bisnis tersebut dicetuskan oleh pendiri Royal Golden Eagle, Sukanto Tanoto. Ia merasa prihatin melihat kerusakan alam yang terus terjadi sehingga tergerak untuk melakukan sesuatu. Prinsip Good for Climate akhirnya menjadi langkah nyata yang diwujudkannya.
Tak heran, semua pihak di Royal Golden Eagle berlomba-lomba melakukan upaya penyelamatan alam. Pemberian insentif kepada desa yang sanggup menjaga wilayahnya dari kebakaran merupakan salah satu wujud nyata.
Posting Komentar
Posting Komentar