Oke.. lanjut ke bagian pentingnya ya.. Persalinan keduaku. Pagi itu 12 September 2017, saya melakukan aktivitas seperti biasa. Masak, ngurus Kinza mencuci dan kerjaan ibu rumah tangga biasa. Tapi saya merasakan yang diperut ini sudah mulai kontraksi. Bukan kontraksi palsu nampaknya, karena dia datang dengan lembutnya.. bertahap dan continue. Setiap 5 menit sekali, saya ngerasa perut saya mules dan ya.. itu tanda-tanda melahirkan.
"Abi.. kayaknya aku mau melahirkan deh.." kataku kepada suami yang disambut dengan senyuman geli.
"Istirahat aja dulu, dek.. gak usah aktifitas dulu" kata beliau karena memang perkiraan lahir masih akhir bulan September.
Dan akhirnya sayapun tidak melanjutkan aktivitas saya didapur, saya tiduran meski dapur berantakan :D. Tapi ternyata.. dibawa tidurpun kontraksi terus belanjut, setiap 5 menit sekali selama 30-40 detik, semakin sering dan semakin lama.
"Beneran deh Bi, kayaknya aku mau melahirkan" kataku lagi. Meskipun tanda lahir lainnya seperti keluar cairan bening bercampur dengan darah gak kunjung datang juga.
Akhirnya setelah mengalami kontraksi sejak pagi bangun tidur, pukul 02.00 siang saya menghubungi bidan yang biasa memeriksa kandungan saya. Dan benar saja Bu Bidan bertanya tentang cairan tersebut, saya bilang belum ada bu. Akhirnya saya diminta menunggu dulu, sampai ba'da Maghrib saya diminta datang ketempat praktek bu Bidan.
Saat diperiksa, ternyata saya sudah bukaan 5, wow banget bukaan 5 tapi gak ada cairan apapun yang keluar dari jalan lahir. Yang lebih mengagetkan, saat bu Bidan periksa posisi bayi, kepala bayi saya melintang, enggak dibawah. Meskipun berulangkali ia periksa lagi, tetap posisi bayi saya melintang. Padahal seminggu sebelumnya saya periksa posisi bayi kepala dibawah dan itu juga nampaknya yang bikin bu Bidan juga kaget.
"Mbak.. ini kok kepalanya disamping ya.. Operasi ini mbak, gak bisa lahir normal" begitu kata beliau.
Spontan saya langsung nangis, operasi Caesar gak pernah terbayangkan dibenak saya, sedikitpun. Saya gak tau apa yang bikin kepala anak saya muter jadi melintang, padahal selama saya periksa kandungan ke bidan dan USG ke dokter, posisinya baik-baik saja.
Akhirnya malam itupun saya dirujuk dan diantar ke Rumah Sakit Muhammadiyah untuk melakukan operasi. Namun dirumah sakit, ada dokter yang memeriksa kandungan saya bahwa posisi bayi saya normal, kepala dibawah. Ini diperiksa manual ya.. bukan USG karena sudah jam 10 malam jadi USG nya tutup.
Pulang lagi
Akhirnya.. setelah berdiskusi panjang dengan banyak pertimbangan, saya dan suami memutuskan untuk pulang lagi dan memilih melahirkan di Bidan saja. Saat dokter bilang saya bisa melahirkan normal saya senang bukan kapalang.
"Mbak dirumah saya aja ya.. kakau sampe pagi gak lahir juga, terpaksa operasi"
Karena bu Bidan yakin, yang teraba bukanlah kepala bayinya, jadi bu bidan masih tetap dengan keyakinannya, bayi saya melintang.
Kontraksi 24 Jam
Malam itu, saya menginap dirumah Bidan yang juga menjadi tempat prakteknya. Sudah sejak pagi saya konttaksi, semakin malam semakin sering dan lama juga sangat sakit. Malam itu saya sama sekali gak tidur. Dibawa gerak sakit, rebahan sakit pokoknya posisi apapun gak enak. Tapi saya juga gak pengen mengejan untuk mengeluarkan bayinya karena memang posisi bayi gak mendukung.
Setiap detik rasanya sudah saya hitung, kapan pagi datang.. kapan jam 3, kapan jam 4, kapan kapan kapan waktu berlalu.. sampai detikan jam dinding terasa lamaa sekali. Mungkin suami saya yang saat itu nemenin ngerasa iba. Terlihat dari raut wajahnya, gak tega.
Kembali Kerumah Sakit
Akhirnya.. pagipun tiba, dan sudah diputuskan, saya harus menjalani operasi untuk melahirkan kali ini. Situasi yang gak pernah saya bayangkan sebelumnya. 13 September 2017 Pukul 08.00 pagi, saya sudah berada diruang operasi. Hal-hal menakutkan tentang Operasi gak lagi saya takutkan. Kontraksi 24 jam sudah membuat saya tak bisa lagi merasakan sakit karena suntikan sana sini yang mendarat dibadan saya.
Dia Sudah Terlahirkan
Sekitar jam 08.30 bayi kedua saya lahir, saya bisa mendengar suara tangisnya yang sangat keras. Bayi laki-laki dengan berat 2,5kg dan panjang 47cm itu bisa saya sentuh nanti. Sambil mendengarkan tangisnya, menunggu dokter menyelesaikan menjahit perut saya, saya merasa saya sangat bahagia. Rasanya lupa dengan semua rasa sakit yang baru saja saya rasakan.
Bayi laki-laki mungil ini kami beri nama Zayn Chaidar Ismail. Namanya yang mewakili bebrapa niat dan maksud kami sebagai orang tuanya. زين diambil dr kata زينة yang berarti perhiasan, yang semoga dia menjadi perhiasan yg menyejukkan mata ortunya. حيدر untuk melanjutkan niat Fatimah ibunda Ali r.a yg ingin putranya pemberani seperti singa. إسماعيل sengaja disematkan untuk mengingat bulan kelahirannya (Dzulhijjah) bulan kurban yg bersejarah dimana Ismail a.s menunjukkan baktinya kepada Ayahandanya Ibrahim. Semoga Zayn menjadi anak-anak yang membawa kebaikan disetiap tindak tanduk yang ia lakukan. Aamiin.. InsyaAllah..
Kita memang tidak pernah tau apa yang akan terjadi dengan takdir. Yang ada, kita hanya perlu menjalani semuanya dengan cara yang terbaik. Alhamdulillah.. bayi saya sehat dan sayapun merasakan sakit yang biasa orang pasca operasi Caesar rasakan, tidak ada yang lain. Kalau ditanya melahirkan pilih normal atau Caesar, dan jika memang itu sebuah pilihan dan bisa memilih, tentu saja saya memilih normal. Alasannya? Nanti kita share bareng deh :D.
Allahu akbar! Alhamdulillah, selamat ya mbak :') Saya terharu membaca tulisan mbak. Bergidik banget ngebayangin kalo seandainya saya dalam posisi mbak. Parah, kontraksi 24 jam itu... "kontraksi" saat menstruasi aja udah sakit apalagi seperti mbak.
BalasHapusSalam untuk Zayn ya mbak. Semoga menjadi kuat dan berani menghadapi kehidupan. Semoga mbak dan keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT, aamiin.
Mas Keciiiiiĺl. Alhamdulillah selamat dan sehat semuanya. Titip
BalasHapusPeluk cium yaaa 😘😘😘
Memang awalnya pasti sedih, kayak pas aku melahirkan si sulung Amay. Tapi kalau diingat-ingat lagi, daripada Amay malah kenapa-napa kalau dipaksakan normal, ya kan? SC bukan aib, SC juga salah satu pilihan terbaik. Allah kan Maha Tahu, SC tidak lantas membuat kita tak layak menyandang gelar "ibu". *komenku panjaaaang
BalasHapusYa Allah aku terharu baca komen yang ini.. Tetap semangat ya Mbak Inuel.. Allah tau lelahnya perjuanganmu melahirkan Zayn 😊 kecup untuk baby Zayn 😘
HapusAlhamdulillah selamat ya, Mbak!
BalasHapusRencana Allah memang macem2. Kalau ada yang nyir2, emang pas ada apa2 mau tanggung. Sehat selalu pokoknya
Selamat mbak atas kelahiran buah hatinya :)
BalasHapus