Rasanya pertama kali menjadi seorang istri waktu itu ya saya bersyukur banget. Bersyukur karena udah secara gak langsung ngilangin status jomblo yang saya sandang selama ini. Bersyukur karena dia yang menjadi suami saya. Bersyukur karena akhirnya saya gak lagi sendiri. Bersyukur karena saya sekarang udah ada yang nyariin uang #hallah hahaa.. matrenya keluar dah.
Dari waktu ke waktu saya dan dia belajar memahami satu sama lainnya. Saling belajar karakter masing-masing karena memang belum kenal sebelumnya. Tidak menyelami lebih dalam bagaimana kehidupan kami satu sama lain. Tidak mempelajari bagaimana kepribadian yang masing-masing melalui pacaran atau sejenisnya yang orang-orang modern lakukan. Anggap saja saya ndeso.. dan ya.. itu kenyataan sih haha.
Apa yang berat dari sebuah pernikahan?
Kalau ditanya soal ini, tentu saja pernikahan itu berat sekali. Kehati-hatian dalam membangun ibadah jangka panjang ini sangat dibutuhkan. Bukan hanya soal cinta.. karena cinta akan tumbuh dengan sendirinya.. bersama waktu.. bersama keadaan.. bersama hari-hari yang sebuah pasangan suami istri jalani.
Belajar untuk saling mengerti dan saling sabar dalam keadaan apapun juga sebuah perjuangan dalam jalan pernikahan, dan itu juga berat. Tapi rasa berat dalam pernikahan itu akan tidak terasa jadinya jika kedua orang ini tidak banyak saling menuntut dan menutupi apapun satu sama lain. Mudah.. hanya itu yang dirasakan. Dan semua permasalahan harus dikembalikan kepada tujuan awal menikah, Lillahita'ala...
Bosankah bersama orang itu saja setiap hari?
Bosan? Haha... Sepanjang saya menjadi seorang istri, saya gak pernah bosan sama suami saya. Meskipun kadang orang lain mandang suami saya atau saya adalah pribadi yang membosankan, but not for us! Apalagi ada anak yang subhanallah.. lucu dan pinternya....
Ya.. adalah rasa jenuh sama suasana yang begitu-begitu saja. Tapi itu gak berlangsung lama, gak sampe sehari.. ah no.. gak sampe sejam mungkin. Ada saja jalan senyum untuk balikin mood yang lagi berantakan.
Kita merajut masa depan bersama!
Pernikahan itu seperti sebuah rajutan kain yang menggabungkan helai demi helai benang yang akhirnya menjadi sebuah kain bergambar, berkarakter dan bermotif. Tergantung benang yang bagaimana yang kita ciptakan untuk membuat helaian kain itu. Kokoh tak tertandingi kah kayak semen ya jadinya haha.. atau rapuh seperti rumah laba-laba. Semuanya.. tergantung hari-hari yang kita ciptakan bersama dan dengan dasar apa. Karena rajutan kain itu gak akan jadi kalau kekurangan bahan dan racikan. Dan bumbu pernikahan itu.. banyak banget!
Bahagia itu kita yang ciptakan
Kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga sebenarnya ya tergantung dengan pilihan hidup yang dijalani oleh pasangan hidup itu sendiri. Sering saya temui dari kehidupan sehari-hari, kebanyakan memang sang istrilah yang sering menuntut ini dan itu, kurang nurut sama suaminya atau malah menentangnya. Kalau gak nurut sama suami, mau nurut sama siapa? Ah.. kata ini suka keluar dari suami saya, meskipun dalam keadaan becanda, saya yakin itu sebuah peringatan hahaha..
Selamat hari pernikahan, Mas, Semoga makin sabar bersama dengan orang yang kadang terkesan masih kekanakan ini. Saling berbagi dan mengingatkan dalam kebaikan selalu ya.. Gak ada yang spesial dari hari dimana kita menikah kecuali kita tetap bersama dalam Islam dan Iman, InsyaAllah...
Amin.. Berkumpul adalah sesuatu yang istimewa nuel. Tapi kadang saya bosen juga sih sama nyonya besar, maka dari itu sering ku tinggal tidur duluan :p
BalasHapus