Banyak sebab tentu saja, meskipun belum punya anak pada waktu itu, kedekatan dengan mertua dalam satu rumah kadang membuat kita berbeda pendapat. Sebaik apapun mertua dan menantu. Ruang gerak dan sikap suami istri dalam rumah mertua atau orang tuapun jadi enggak maksimal. Belum lagi kalau masih ada adik ipar, terus lagi adik iparnya beda jenis kelamin sama kita, duh... rempongnyaaaa.. sudah bikin pusing kalau dipikirin :)).
Saya berpendapat, tidak akan bisa satu kapan dinahkodai oleh 2 orang yang berbeda. Meskipun itu anak sendiri, kalau posisi sudah menjadi suami, setidaknya.. biarlah dia punya keinginan, keputusan dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Kalau dibilang gak sayang sama mertua/orang tua, sayanggg.. sayang banget malah. Bahkan dari dalam lubuk hati terdalam, saya sangat menyayangi orang tua suami dan tentu saja orang tua sendiri, tanpa membeda-bedakan! Keadaan seperti apapun, Alhamdulillah.. saya masih bisa mengerti, bagaimana kita juga harus memberi kasih sayang kepada orang tua suami, karena itu adalah tanggung jawab kita juga. Apalagi suami kita anak laki-laki dirumahnya.. Ya iyalah... namanya aja suami wkwkwkkww.
Perbedaan Visi
Gak akan bisa kita bersatu dengan orang yang memiliki tujuan hidup yang berbeda dengan orang lain. Mengapa ada suami istri yang rukun dan akur, karena mereka sejalan dan memiliki cita-cita yang sama. Pemikiran yang sama dan cara yang sama meski tetap berbeda watak. Kita ingin sama-sama memiliki seorang anak yang nantinya akan mondok disini dan disana dengan alasan yang sama. Kita harus mendidik anak kita dengan cara begini dan begitu, dengan cara yang sama. Kita jangan biarkan anak untuk melakukan ini dan itu, dengan tujuan yang sama. Dan kita juga akan membiarkan anak-anak kita yang melakukan ini dan itu dengan harapan yang sama.Tapi kadang, perlakuan nenek kepada cucunya jauh bertentantangan dengan cara yang kita pilih tersebut. Perbedaan cara mendidik, cara memberitahu dan cara menyampaikan sesuatu. Kadang yang paling jamak adalah, memberikan anak kebohongan-kebohongan kecil yang oleh kami sangat dijaga jangan sampai kita berbohong sekecil apapun. Tidak sama! Dan disana akan muncul masalah-masalah baru, menumpuk.. menumpuk.. dan menumpukk yang akhirnya hanya akan menjadi bom waktu, siap meledak kapan saja dan hancur.
Perbedaan Pemikiran
Kadang, masih saja orang tua yang demi kebaikan anaknya untuk bekerja disini dan disitu. Sementara kita sebagai anak gak mau, dan maunya itu kerja sendiri. Kalau ia anak laki-laki, bagaimana ia akan bersikap, bingung. Dia harus nurut dengan orang tuanya meski udah punya istri. Berbda dengan perempuan yang memang harus nurut sama suaminya meski harus menentang orang tua. Kadang, pisah dengan mereka akan membuat kita jauh lebih tau bagiaman harus menjalankan yang selanjutnya, mandiri. Disadari atau tidak, berbeda pengalaman seorang yang sudah berumah tangga sendiri dengan yang masih ikut dirumah ibu atau mertua.Apalagi di Jawa, kadang saya suka pengen sekali protes kalau ada saudara saya yang nentang suaminya karena ibunya. Memang sih kelihatan kayak anak durhaka wkwkkwww... tapi memang disanalah kita. Wanita harus nurut sama suami, bukan ibu ketika ia telah menikah. Dalam kasus seperti ini, tentu aja suami yang InsyaAllah paham agama dan paham bagaimana caranya memuliakan orang tua, gak akan ada drama termehek-mehek rebutan anak perempuan hahhaa..
Kadang sisi lain yang berbeda adalah, kebanyakan orang tua selalu pengen anaknya sudah mencapai titik aman dan mapan. Punya rumah, menetap, menjalani pekerjaan tetap begini dan begitu. Sementara sang anak masih kepengen mengembangkan diri karena merasa dirinya masih mampu menjadi lebih baik lagi kalau tidak berdiam diri saja. Dan perselisihanpun terjadi.. dalam diam :D.
Komunikasi
Yang terpenting dari semuanya adalah, komunikasi yang baik dengan orang tua dan mertua. Suatu hari mertua saya tanya kepada saya:"Husnul gak seneng ya tinggal sama Mama, kok minta pindah terus?"
Berhubung saya sangat dekat dengan beliau, saya terang-terangan dan jujur memberikan jawaban kepada mama mertua saya.
"Bukan masalah gak seneng Ma, biar mandiri, terus nanti kalau saya lama-lama dirumah mama, bisa-bisa kita berantem. belum lagi berasnya mama abis sama saya hahhaha"
Sambil bercanda seperti itu, Alhamdulillah mama mertua saya ngerti. Dan beliau suka mampir membawa banyak makanan untuk saya kalau dari pasar -Sebelum ada Kinza-. Komunikasi sangat penting, dengan cara yang baik dan tetap menghormati orang tua kita.
Kalau rumah sendiri, MasyaAllah... hubungan suami istri benar-benar terasa, gak ada sekat dan kita benar-benar tahu bagaimana satu sama lainnya. Bagaimana pasangan kita dan bagaimana cara kita mengerti mereka. Dalam hal ini, saya tidak ingin menyinggung siapapun, siapa saja mereka yang "terpaksa" masih tinggal dengan mertua dan orang tua, hanya berbagi pengalaman saja. Merasakan sensasi rumah tangga baru yang jatuh bangun dan bangun lagi dan debar-debar gimanaaaaa gitu wkwkwkw.. :D.
Penasaran khaaaannn... penasaran.. penasaran :p, Cuz.. deh cari kontrakan #dikeplak! Emang semudah itu apa? Iya sih, mudah buat saya :)).
Setuju sama kamu, harus mandiri dan bisa menyelesaikan masalah rumah tangga sendiri eh.. berdua sih.
BalasHapusSemangat... !!!
wakakak ada benernya juga, da aku mah gak ngerasa tersinggung hihi... wong semua orang punya pertimbangan masing2 kok ;) kalau menurutku masalah materi dan beli rumah lagi ya bismillah aja. tapi nyenengin orang tua itu juga penting berhubung mereka sudah tua dan kita nggak tau kapan mereka 'pergi'. mumpung masih bisa merawat dan menyenangkan sih... capek nyeselnya.
BalasHapus