Endang Kiki Wulansari |
Kehidupan sebelum memasuki masa pernikahan, memang sebuah kehidupan yang penuh dengan ujian. Dari ujian perbaikan diri, perasaan, sampai ujian mental. Dan kesemuanya, bukan sebuah jalan yang mudah untuk dilalui. Dan yang kesemuanya menentukan kehidupan selanjutnya. Awal mengenal dunia luar, saya berada pada titik nol mengarungi kerasnya kehidupan #cielaaahhh# menjadi seorang pembantu rumah tangga yang dilanjutkan dengan acara jadi baby sitter. Dalam pekerjaan ini, banyak hal yang saya pelajari dalam kehidupan. Dari bagaimana memahami orang lain, menjaga tanggung jawab, memegang amanah, menjaga kejujuran, belajar sopan santun, dan bagaimana cara bersikap jika berada dirumah orang lain.
Bukan tidak ada masalah sama sekali dalam pekerjaan ini, yang paling sulit dijalani adalah, tidak adanya kebebasan dalam melakukan hal-hal yang disukai, terlebih lagi jika majikan, - ah jangan, sebut saja atasan :D - gak mengerti dan gak punya toleransi kepada bawahan. Seakan kebebasan itu di renggut dan disuruh kerja dan kerja saja. Tapi, jangan ditanya saat memiliki seorang atasan yang sangat paham, bukan hanya uang untuk upah karena membantunya, bahkan menjadi seorang PRT akan diberikan kebebasan untuk belajar.
Mungkin banyak orang memandang rendah seseorang yang memiliki jabatan sebagai seorang pembantu rumah tangga karena pekerjaannya yang hanya disuruh-suruh. Tetapi, banyak hal yang mereka tidak tahu tentang PRT itu bagaimana. Semuanya tergantung kepada individu yang menjalaninya. Bagaimana dia menyikapi sebuah kehidupan, ingin maju atau tetap menjadi seperti itu. Jangan hanya memandang rendah seorang pembantu, orang-orang besar jika tidak jujur dan tidak dapat menjaga amanah bahkan gak ngerti sopan santun, menurut saya jauh lebih buruk dari seorang yang pekerjaannya hanya disuruh-suruh. Ah.. tapi sudahlah, bukan lagi sebuah masalah yang harus di bahas karena saya akan bercerita tentang orang-orang yang menemani saya mempelajari kehidupan ini.
Endang Kiki Wulandari, nama yang panjang dan sebenernya cuma bisa di panggil Endang saja. Sosok wanita yang awalnya saya kenal sebagai orang dengan tipu muslihat yang menakjubkan serta pandai berbohong. Sahabat yang satu ini memiliki sifat yang sungguh luar biasa, pengertian, keibuan, ngayomi, dan selalu mengalah kepada saya. Selain itu, Endang juga seorang yang memiliki kepribadian mudah diajak berteman, kalau tidak salah namanya supel :D.
Pertama kali kenal, ketika saya memasuki sebuah rumah seorang warga tiongkok di daerah Manyar Tirtomoyo, Surabaya dengan title menjadi seorang baby sitter. Pandangan saya mengira, Endang adalah seorang tacik [mbak, dalam bahasa cina] pemilik rumah tersebut. Hal itu saya simpulkan karena penampilannya yang sungguh bukan penampilan seorang baby sitter kebanyakan. Hot pants dan kaos ketat juga ramput yang tertata rapi, panjang dan stylish tidak akan mengira kalau dia juga bekerja dirumah itu.
Waktu itu, saya masih berusia sekitar 16 tahun, masih belum mengenakan hijab, dan sangat sangat sangat bodoh. Handphone saja yang saya miliki Nokia second tipe lama, jelek namun saya sangat sayang karena beli dengan keringat sendiri dengan harga Rp. 150.000,-. Bagi saya, hal kecil seperti itu sudah sangat membahagiakan karena saya belajar bersyukur dan selalu menerima sesuatu dengan lapang dada. Bukan hanya ketidakpunyaan budget untuk membeli barang mahal, waktu itu saya juga sangat gapteg :)).
Tidak banyak hal yang saya jalani dengan Endang di luar rumah. Karena posisi kita sebagai bawahan orang lain yang harus berada di dekat mereka, maka dari rumah itulah saya bersahabat dengan dia hingga saat ini. Mungkin, banyak tempat yang tidak bisa saya kunjungi karena sebuah keterpaksaan, namun, pelajaran kehidupan yang saya dapatkan sangat berguna dalam kehidupan saya sekarang.
Yaitu, bagaimana kita harus menjaga pengertian ketika berada dalam satu rumah dengan orang yang tidak kita kenal. Orang yang sangat berbeda dengan kita baik watak dan keinginannya. Dan bagaimana kita belajar memahami perasaan orang lain, bersabar menghadapi orang lain dan selalu menerima kekurangan orang lain. Memposisikan diri sebagai orang lain juga suatu saat sangat dibutuhkan. Walau hanya itu, namun dampak dalam kehidupan masa depan sangat banyak. Terlebih lagi bagi seorang wanita yang memang hidupanya setelah menikah hanya dirumah, itu yang disarankan :D.
Mungkin banyak orang beranggapan, "Menjadi pembantu kok bangga", Ah... hanya perasaan saya saja :D. Toh dari rumah kerumah saya selalu belajar tentang kehidupan. Hingga akhirnya, takdir membawa saya ke Pandugo, Penjaringan Sari, Rungkut dengan seseorang yang sangat baik. Dari sana mata saya terbuka melalui sebuah pekerjaan baru menjadi seorang Operator Warnet yang gak ngerti komputer sama sekali. Endang, kembali saya ajak keluar dari rumah lama :D.
Dari waktu ke waktu, persahabatan kami sudah melekat dengan baik, dari dia awalnya yang suka sekali berbohong menjadi gak pernah bohong, kalaupun bohong saya sudah tahu :D. Sampai saya datang kepernikahannya dan dia datang kepernikahan saya, saling mengenal orang tua masing-masing dan akhirnya kami menjadi saudara yang tak ada ikatan darah sedikitpun. Banyak orang yang keluar masuk dalam kehidupan saya dalam masa 5 tahun berada disurabaya, tapi hanya Endang yang saya kenang dan masih berhubungan hingga saat ini. Semoga.. dia diberikan kesehatan dan segera di beri kepercayaan seorang buah hati dalam kehidupannya. Aamiin.. Terimakasih sahabatku :) gak sabar pengen ketemu lagi bulan depan, Ihiiiyyy... Asik asik :D.
Posting Komentar
Posting Komentar