Tapi, meskipun masih bayi, ternyata sudah bisa menjadi guru untuk orang tuanya. Diantaranya adalah, bagaimana kita menghargai seseorang dengan memahami keinginannya. Ternyata merasa sudah paham dan sudah pernah ditambah sangat ngerti itu gak bisa diterapin untuk menghadapi anak.
Sudah pernah menjadi anak kecil, sekarang anak kecil ini minta di temenin terus. Main yang gak pernah berhenti, dari melek sampai mau merem ya maennn aja kerjaannya. Beruntungnya... Abi Kinza orangnya sabar dan lemah lembut banget, saya sebagai ibunya saja masih kurang lembut, em.. katakanlah saya masih sering berbicara sedikit seperti toak masjid :D. Sedangkan Abi Kinza, bicaranya tidak terdengar walau dari ruangan sebelah yang hanya dibatasi oleh tembok papan.
Mungkin karena emak saya yang ngomongnya keras, jadi saya juga jadinya seperti ini :D. Tidak masalah, selama saya tidak pernah memarahi anak saya. Yang perlu diperbaiki adalah, bagaimana untuk sedikit mengecilkan suara dan memanage kata-kata jangan dalam situasi yang tepat. Karena menurut Abinya, siapa yang mengajarkan untuk tidak boleh mengatakan jangan. Jika anak berbuat yang tidak pantas, tentu saja harus tegas menghadapinya, tegas yang lemah lembut, nah gimana tuh :D.
InsyaAllah... Komunikasi antara orang tua sangat penting dalam mendidik anak, karena akhlak anak tergantung dari keluarga yang seperti apa dia berasal. Alhamdulillah.... Saya memilikinya, seseorang yang semoga menjadi seorang imam yang menuntun kepada kebaikan. Bagaimana cara dia memanfaatkan dirinya untuk orang lain, itu juga masih saya pelajari. Jadi intinya, menikah itu pelajaran nyata dalam kehidupan antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan dalam ikatan yang suci dan semoga selalu dibarokahi, Aamiin..
Kalau aku kebalik suamiku yang suaranya keras tapi kata-katanya gak keras. Maklum orang Madura kalau ngomong keras :D
BalasHapus