Sebuah penelitian pada tahun 2001 sampai 2013 terkait penyakit Ebola menunjukkan, 3 spesies kelelawar yang hidup di Afrika positif sebagai carrier atau pembawa virus tersebut. Akan tetapi, hewan-hewan tadi sama sekali tidak menunjukkan gejala di dalam tubuh mereka terdapat penyakit yang mematikan. Oleh karena itu, ditarik kesimpulan bahwa virus Ebola hanya berbahaya pada manusia dan belum ditemukan kasus yang menyerang hewan.
Jika virus Ebola menjangkit manusia, penyebaran hanya terjadi melalui kontak langsung secara fisik terhadap cairan tubuh penderita, seperti melalui darah, urin, muntah hingga ASI. Kontak tidak langsung juga dapat menjadi media penyebaran virus Ebola seperti penggunaan jarum suntik yang tidak steril serta interaksi dengan benda-benda lain yang sebelumnya sudah terpapar dengan cairan tubuh penderita Ebola.
Tidak ada kasus penyebaran virus Ebola melalui udara, namun demikian penyakit Ebola cepat menjangkit hingga ribuan orang karena gejalanya yang sangat umum hingga seseorang tidak menyadari bahwa ia sudah terjangkit virus. Gejala-gejala tersebut antara lain demam, sakit kepala, nyeri otot, diare, muntah, dan tubuh terasa lemas. Gejala ini dapat muncul dalam rentang waktu antara 2 sampai 21 hari setelah terinfeksi virus, dengan rata-rata kemunculan setelah 8 sampai 10 hari. Sedangkan gejala khas yang membedakan antara Ebola dengan demam biasa adalah timbulnya pendarahan yang tidak dapat dijelaskan kemunculannya.
Jika seseorang positif menderita penyakit Ebola, maka langkah-langkah pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah memberikan cairan tubuh secara aktif kepada penderita untuk mempertahankan status hidrasi dan keseimbangan cairan. Walaupun langkah ini tidak memberi efek apapun terhadap pertumbuhan virus dalam tubuh, namun pemberian cairan bermanfaat untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Sebab berkurangnya cairan tubuh dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara mendadak dan penurunan fungsi organ sehingga risiko kematian pasien meningkat.
Posting Komentar
Posting Komentar