Cara yang digunakan oleh orang-orang tidak tahu masalah sebenarnya dan cara orang-orang yang berpikir dahulu sebelum menulis itu berbeda. Beberapa kali sebenernya saya juga pengen nulis sih soal ini di FB, tapi saya urungkan karena banyak sahabat yang enggak suka dengan adanya perubahan tersebut. Dan akhirnya.. percakapan sederhana pun terjadi.
"Dulu.. jamannya pak Soeharto, bahan bakar minyak murah banget ya..."
Orang disebelah saya menyela, iya... murah tapi banyak hutangnya. Udah kebukti kan sekarang, yang sengsara anak cucu, bayar hutang ke luar negeri. Orang-orang yang tidak tahu dan senang memanfaatkan ketidaktahuan semakin bersorak. Presiden dihakimi dan di cemooh entah bagaimana jadinya. Apa karena pikiran saya sudah pro jadi saya membela-bela apa itu yang disebut kebijakan?
Mereka yang bilang, "bagaimana jadinya orang-orang yang gak punya penghasilan lebih, gak bisa menaikkan income, dan gak bisa menyeimbangkan dengan kenyataan sekarang, dengan apa mereka berjalan?"
Heh... Bahwa.. ada Allah yang selalu memberi kecukupan dengan batas kemampuan yang dimiliki seseorang. Bahwasanya masih ada Allah yang masih memberikan banyak pilihan, dan otak-otak para politikus dan para setengah politikus yang keracunan politik, semakin senang dengan semua ini. Mental-mental orang yang suka menebar kata-kata untuk menghakimi orang lain yang tak layak, keluh kesah yang tak layak, cemoohan yang sungguh tak layak. Penyalahan pemilihan seorang pemimpin yang sudah banyak beredar, kini saatnya bertanya..
Salah Siapa? Pemimpinnya atau yang Dipimpin?
Setidaknya... orang bijak akan tidak berkomentar ditengah ketidak tahuan daripada berkomentar karena sedang ingin bicara, dan parahnya, mereka menjadi hakim maya yang sungguh tangguh luar biasa. Kenapa tidak mencari alasan sebelum membuat pernyataan? Dan saya yakin, para pembenci hanya memiliki satu jawaban, yaitu alasan yang semakin membuatnya ingin menjadi hakim. Entahlah... Terserah...
Kebanyakan orang yg mnjadi hakim di dunia maya adalah orang orang gagal di dunia nyata.....
BalasHapusSetuju :)
BalasHapusMenyedihkan melihat tingkat kecrdasan dan kedewasaan mayoritas pengguna sosial media Indonesia yang masih jauh dari memadai. Mudah-mudahan mereka cepat insaf dari tabiat mencaci tanpa memahami.
Sering saya terperosok jadi hakim maya, baik sengaja maupun tidak sadar, dan sepertinya itu sangat menyebalkan karena sama ajah nyari musuh Mbak
BalasHapusheu heu, cape memang kalo ngikutin kisruh polemik bbm ini...
BalasHapussemua merasa bener atau sok-sok-an bener tanpa dasar yang jelas...
cuma mengikuti nafsu hatinya yang ingin menjadi hakim
yup, like u say "menjadi hakim"
yang merasa dirinya selalu bener...
ckckck... astaghfirullah
Orang2 yg suka jadi hakim didunia maya itu sbenarnya orang2 yg takut berbicara didunia nyata...
BalasHapus