Maukah kau mendengarkanku.. mendengarkan semua kisahku hari ini, mendengar bagaimana aku menjalani hidup ini dan mendengar.. Bahwa.. Aku sedang mengalami berbagai macam kesedihan yang nampaknya semua orang gak pernah mau mengerti, dahulu...
Saat itu, aku menunduk karena rasa malu..
Aku berjalan penuh dengan kebodohan..
Bagaimana aku merangkak mencari setetes ilmu dari daun-daun yang mau memberi embunnya..
Aku yang dahulu kerdil, kecil..
Aku yang dahulu sendiri..
Mentari..
Apakah ini adalah sebuah hukum tentang klehidupan..
Hukun alam yang membiarkan aku berjalan hingga menemui ujungku sendiri..
Aku bahkan terlalu pandai mengelak dari kerasnya kehidupan, aku hanya membiarkan dia berlalu begitu saja, tanpa kutahu.. Bagaimana aku selanjutnya. Tentang mimpi-mimpi.. Tentang dunia.. Semua aku menuliskanya dalam tinta yang tak seorangpun tahu, dalam tinta yang tak satupun orang mengerti. Inilah aku.. Sosok yang selalu terlihat aneh, sosok yang unik, simple, dan begitu menyukai kesederhanaan, bukan karena aku tak mampu menjadi seorang yang sombong, bukan.. itu sangat mudah untuk kulakukan. Tapi karena aku begitu menghargai setitik usaha yang pernah kulakukan.
Aku menghargainya seperti aku memperlakukan kehidupanku yang tak pernah putus dari perjalanan hidup.. Perjalanan yang penuh dengan liku yang aku yakin gak akan pernah berhenti sampai disini. Kehidupan selanjutnya yang akan kumulai.. Aku bisa karena aku mau, dan aku bisa karena Allah tidak akan pernah membiarkan bagaimana Hamba-hamba-Nya yang berusaha tetap pada posisi terbawahnya.
Mentari.. Buang semua suratku untuknya yang dulu.. Karena kesetiaan cinta akan seseorang, akan dapat menumbuhkan sebuah cinta yang abadi, bagaimana caranyapun engkau menghilangkannya, karena cinta tetaplah cinta.. Dan kini maaf.. Aku terlalu berani merindukanmu dalam kediaman yang kita ciptakan.. Aku telah merindukanmu.. Rindu yang sempurna.. Rindu yang tak seperti dulu. Rindu sang camar kepada rindangnya hati dan keluasan dada, rindu..
Posting Komentar
Posting Komentar