e-KTP Wonosalam |
Waktu itu, saya kebagian ikut hari sabtu, namun hari jum'atnya saya menjemput bibik dan nenek ke Kecamatan Wonosalam. Yang saya dapat apa? Hmm.. mengejutkan hehe..
Ceritanya, Sang nenek dan kebanyakan para tetangganya berkumpul di dekat jalan depan rumah hanya untuk sharing adanya e-ktp ini. Dari bagaimana mereka harus menandatangai dokumen-dokumen, tanda tangan enggak di kertas, mencetakan sidik jari sampai melihat mata mereka masing-masing ada di komputer, hal yang gak lazim dan benar-benar baru.
Saya yang hanya diam dan ikut mendengarkan sambil penasaran bagaimana prosesnya sampai menjadi sangat ributnya, bener-bener pengen tahu.
"Apa sih?"
"Gimana Sih?"
"Ribet/adil yang gimana sih?"
Saya benar-benar pengen ikut melihat yang katanya mata mereka kayak matanya sapi, besar. Saya pengen ngerasain gimana petugas kecamatan menyuruh warga wonosalam menekankan jari-jarinya ke sebuah kaca pencetak sidik jari yang saya kira itu alat semacam scanner. Dan saya juga pengen merasakan bagaimana saya harus tanda tangan berulang kali yang di sebut dokumen-dokumen itu. Hm.. benar-benar ingin tahu.
Hari sabtu tiba, undangan dari kecamatan untuk setiap kepala keluarga di berikan dengan jadwal masuk untuk "pemotretan" adalah pukul 07.30 AM. Banyaknya pembicaraan warga desa di hari sebelumnya membuat saya menggebu untuk segera mengikuti hal langka ini. Untuk istilah-istilah seperti ini, kebetulan saya sudah sering mendengar dan bukan hal yang baru lagi.
Datanglah saya ke kantor kecamatan dengan naik motor bersama ibu dan bapak, Hasna tinggal di rumah bersama nenek dan adheknya ibu yang masih bisa ngasih asinya untuk Hasna. Belum jam 7 saya sudah dimarahi sama bapak karena belum mandi juga. Batin saya,
"Addoohhh.. gitu aja kok ribut sih, kantor kecamatan aja blom buka uda ngajak berangkat, hzzzzz..."
Pukul 07.15 saya sudah sampai kecamatan, betapa kagetnya saya karena ddi kantor kecamatan sudah banyak orang yang berdatangan. Dan waktu itu saya mendapat giliran dengan nomer urut 226/26. Sudah ada 25 kepala keluarga yang mengambil nomer antrian di jam yang belum setengah 8, Hebat!.
1-25 terlewat sampai pukul 09 lebih, 26 anga giliran saya dan orangtua masuk. Saya ingin segera membuktikan bagaimana hebohnya menjalani prosesi e-KTP ini. Dan, beinilah kawan reka ulangnya.
- Nomer dua puluh enam..
- Kami masuk ruangan e-KTP *
- menandatangani 3 tanda kehadiran (tanda tangan 3x)
- Di persilahkan duduk di dekat operator untuk menjalani pemotretan secara langsung (camera digital yang langsung disambungkan ke komputer)
- Memeriksa nama (mencocokkan tanggal lahir, nama, pekerjaan, status dan data-data lainnya)
- Meletakkan 4 jari tangan kanan, 4 jari tangan kiri, telunjuk kanan kiri, serta jempol kanan kiri.
- tanda tangan di atas media digital yang langsung terekam oleh komputer (saya juga gak tau namanya haha).
- Scan mata dengan menggunakan media digital seperti teropong (mata terlihat jauh lebih besar saat terekam oleh komputer)
- selesai.
Dan itulah prosesnya yang katanya sangat ribet hehe. e-KTP adalah barang baru, aktifitas baru yang saya anggap benar-benar bisa membuat masyarakat lebih baik dan maju. Lebih mengenal dunia digital yang hanya dengan memasukkan NIK KTP akan keluar nama beserta identitas pemilik NIK. Dari proses-proses tersebut, setidaknya warga desa termasuk saya mengerti dan tahu lebih banyak tentang kemajuan dunia digital di indonesia.
Tak ada yang perlu di hebohkan dari adanya e-KTP ini, semua bertujuan untuk meningkatkan keakuratan data penduduk untuk pembangunan. Dan mungkin agar kalau ketika kita hilang, hanya dengan menghafal NIK, maka kita akan mudah di temukan :D. NIK itu panjang, tapi sepertinya mudah diingat karena berdasarkan tanggal lahir hehe.
Hebohnya e-KTP di Wonosalam, seperti kedatangan seorang Lady Gaga atau Rihanna ke tempat kami :D. Sukses terus untuk sebuah perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah, namun nama saya jadi Husnul Khotimah karena di akte kelahiran begitu, Ibu saya ini yang bermasalah karena ngotot namanya gak mau di ganti, Hah.. Terserahlah.
Apa kamu sudah punya e-KTP? hare gene gak punya e-KTP, Ndesoooo.. haha.
*saya gak sempat ambil foto, karena takut di anggap sombong oleh orang desa dan tetangga hehe
saya belum punya :))
BalasHapuswahaha... desaku belum tercover e-ktp... alatnya masih inden mungkin ya..? wahaha
BalasHapusngene iki nasibe wong ndesoo.... wahhaha
-- semoga pertamax \^^/ --
jangan malu membuat e-KTP
BalasHapusndesooo, gw belum punya, hahah, eheeem, mata membesar wooow.
BalasHapushahaha.... hari gini ga punya e-KTP ndeso ya....
BalasHapusuntungngnya saya sudah ikutan e-KTP, Mbak, meski belum jadi...
hehehe.... heboh juga ya e-KTP di Wonosalam; hmmm..., jadi teringat dulu saya pernah kemah Pramuka di Wonosalam, pernah juga sepedaan dari alun-alun Jombang dg teman2....
Saya tinggal nunggu e-ktp nya jadi, Mbak. Dan di Tangerang,khususnya di kecamatan tempat saya tinggal, antrian warga malah jauh lebih parah, pernah katanya sampai jam 12 malam. Kalau pengalaman saya kemarin,ngumpulin undangan jam 12an, baru diphoto sekitar jam 9 malam, untungnya waktu itu saya nda nunggu, sesuai saran petugas, saya pulang dan datang lagi bada' Isya.
BalasHapusBegitulah, seringkali hal baru membuat masyarakat heboh sendiri.