embah buyut gaulll :D |
Semenjak beberapa hari ada di rumah, saya beberapa kali menemukan hal tersebut, dan yang saya herankan, emak dan bapak saya masih saja percaya meskipun tak sepercaya embah saya. Tapi... masak iya sih saya harus mengikutinya, ikut-ikut percaya sementara hati saya sendiri tak percaya. Jika semuanya tak sama da masih bisa dipikir dan di benarkan dengan logika, saya belum bahkan tidak mempercayainya.
Sebagai contoh saja, saya membuat botok (masakan yang terbuat dari tahu, tempe, ikan teri, daun bawang, cabe ijo dengan bumbu kelapa muda yang di parut lalu di bungkus daun pisang dan dikukus) kapan-kapan saya bikin resep deh haha... Nah.. Botok tersebut saya makan di atas daunnya langsung tanpa memindahkannya kepiring terlebih dahulu. Dan.. saya di suruh naruh tu daun suruh ganti sama piring. Dasarnya saya ceplas-ceplos dan suka penasaran, apa si maksudnya? ini gak boleh, itu gak boleh *uda bau-bau kota jadi lupa dan gak ngerti tradisi -gak sopan-*.
Dengan gayanya yang kayak embah-embah bapak jelasin,
"engko.. nek ono wong teko, mundak mbarakno awakmu kepothokan (nanti kalau ada orang datang mesti mau ngrepoti, nyusahi kamu)".
Nah.. disini ni anehnya, kalau gak ada maksud dan gak ada hubungannya kan gak ngaruh. Saya jadi menghubungkan antara kata "botok" dan "kepotokan" miripkan :D. Apa mereka menghubungkan kata tersebut lalu membuat dan mengklaim istilah yang menurut saya kurang bisa di mengerti.
Saya bukan meremehkan atau tidak mau mengikuti tradisi, tapi masak iya si haruskah saya mempercayai hal-hal kuno seperti itu. Iya jika itu kebiasaan baik atau sebuah mitos baik, bolehlah di pertimbangkan. Setahu saya.. apa yang kita percaya, apa yang kita yakini.. hal itulah yang akan menjadi sebuah kenyataan, Allah akan menuruti apa yang kita prasangkakan. Dan alasan saya tidak percaya adalah.. Saya gak kepengen hal kayak gitu terjadi dalam hidup saya, saya juga gak mau mempercayainya untuk hidup saya.
Ada lagi.. kalau saya tiba-tiba berada di tengah-tengah pintu, gak masuk dan gak keluar. Lihat deh.. orang-orang pasti bilang..
"nek mlebu ndang mlebu, nek metu yo ndang metu, ojo nang tengah lawang, mundak nek onok seng nglamar balek dalan" (kalau mau masuk, cepet masuk. kalau mau keluar juga keluar saja, jangan di tengah-tengah pintu, nanti kalau ada yang ngelamar akan pulang lagi, gak jadi). nah disini yang saya pikirkan adalah... Alasan saya gak boleh berada di tengah pintu adalah karena pintu tempat keluar masuk orang yang lain, maka saya akan tertabrak oleh mereka, Itu yang tepat secara logika. Tapi ini, apakah bener ada hubungannya sama jodoh? Apakah masih ada hubungannya dengan kembalinya lamaran yang akan datang? Apakah masih ada hal yang semacam ini?. Jikalaupun masih ada, karena mereka mempercayainya, bagi yang gak percaya.. Insyaallah ya gak bakalan terjadi.
Entah saya yang terlalu bodoh atau saya yang terlalu membangkang dengan apa yang mereka katakan. Tapi saya benar-benar kurang bisa mempercayai apa yang orang dedahulu yakini dan percayai. Dan yang masih parah yang ada di desa dan di rumah orang tua-tua adalah "Among-Among".
Among-Among ini adalah, menyediakan makanan, minuman, kue, rokok, dan buah-buahan saat dirumahnya ada hajatan. Apa yang ia masak dan di olah di dalam hajatan tersebut ada semua disana, Haruskah saya mempercayainya? saya sama sekali tidak percaya. Kata mereka.. itu adalah sajian untuk eyang buyut.. biar mereka ikut merasakan. Heh.. yang benar saja merasakan, untuk ngerasain bagaimana suasana kubur saja para bebuyut itu sudah sibuk, udah gak ada waktu lagi buat ngerokok dan santai minum kopi yang di sediakan, bagaimana.. apakah itu masih di sebut masuk akal? yang ada setan itu yang membuat semakin di percayai, bukan embah buyut yang sudah meninggal.
Seharusnya.. Tradisi-tradisi, kepercayaan-kepercayaan, mitos-mitos yang mungkin kurang masuk akal tersebut bisa di koreksi kembali kebenarannya. Saya masih belajar dan tak sepandai kyai atau seorang pemuka agama dan mungkin bukan orang tua jaman dulu jika keduanya di pertemukan dan di suruh berdialog dan berdiskusi, mungkin tidak akan pernah menemukan jalan keluar.
Saya mungkin tak memikirkan bagaimana saya mempercayai itu semua, namun saya hanya menghormati orang yang mengingatkan saya. Bukan karena percaya.. tapi saya menghargai kepercayaan mereka. Semoga tradisi-tradisi yang kurang bisa dipertanggung jawabkan tersebut akan menemukan titik terang, dan akhirnya ada kejelasan dan kebenarannya di masa depan. Yang pasti.. semua berawal dari sebuah keyakinan dan kepercayaan masing-masing pribadi. Bagi yang percaya.. silahkan percaya, bagi yang tidak percaya... ya diam saja, gak usah menggembar-nggemborkan dan menentang kepercayaan mereka yang hanya akan menimbulkan perselisihan dan perpecahan persaudaraan. Kita hidup di lingkungan sosial yang harus menghargai orang lain bukan? Apa yang kita percaya.. Itu yang akan kita pertanggung jawabkan sediri, bukan orang lain.
Belajar mengerti diri sendiri, Belajar tentang lingkungan, Dan akhirnya saya hanya mampu mengabadikannya dalam sebuah tulisan, Mungkin agak gak penting, namun hanya dengan cara ini saya bisa bersuara sebagai anak muda haha... Fighting!!
Memang kadangkala penjelasan orang tua sulit dimengerti, akan tetapi pada prinsipnya tidak ada masalah jika hal tu tidak menyangkut keyakinan.
BalasHapusmungkin saya sedikit setuju dengan pernyataan "reachscools" tentang "kan tetapi pada prinsipnya tidak ada masalah jika hal tu tidak menyangkut keyakinan."
BalasHapussaya rasa kita memang tidak bisa menentang mereka orang tua kita,, toh kita juga ga tau makanan itu sampe benar ke orang yang sudah dikubur atau tidak, ya kan??
sepanjang mereka (orang tua tua) tidak menyalahi keyakinan tentang Tuhan yang benar, saya rasa masih masuk akal dan dapat ditolerir bahkan dengan hukum fiqih manapun, (wakakka omongane sok sok an)
meskipun saya gak terlalu suka bau menyan, tapi berhubung aturan adatnya bakar menyan ya udah diikuti aja, diniati aja buat ngusir nyamuk dan setan jancuk terkutuk, wakakkaa.. (itung itung juga aroma terapi)
so menurut saya, tradisi dari leluhur kita ada baiknya mungkin ya dipahami lebih pada konsep, bukan pada tampak luarnya, jangan tertipu tampak luar kemudian menghukumi syirik dll, Kita protes ga jelas soalnya kita belum mendapatkan jawaban dari leluhur kita yang membuat tradisi itu, mungkin itulah komen panjang dari saya
salam persohiblogan !! wehehe
NB : nitip bungkus "among among" nya, biar saya makan,, eman keburu basi ntar, :D
ya kita sikapi saja dengan arif dan bijaksana kalau yang menyangkut iman dan kepercayaan ya tidak usah diikuti.terkadang orangtua mau mengatakan sesuatu tapi disimpangkan contohnya,anak perawan jangan makan didepan pintu nanti jadi perawan tua, ini kan ngga ada hubungannya sama sekali yang jelas pintu itu tempat orang lewat hla kalau ada orang makan di pintu kan jadi susah orangmau lewat
BalasHapusNah, begitulah kepercayaan orang jaman dulu. Kalo menurut saya sih, kita hargai saja, jangan merendahkan mereka yang masih mempercayainya.
BalasHapusBagi kita yang tak mempercayainya, ya sudah, tak usah melaksanakan tradisi itu. :)
wahh komentar yang sangat menarik, aku suka jika ada yang mengerti maksudnya.. Among-among kadang juga di kasi duit lo mas hedir.. mau ? :D
BalasHapuskeep blogging and fighting :D
Lebih pas kalau menghormati tradisi
BalasHapusiya, kasusnya hampir sama kayak saya. ibu saya selalu heboh jika saya makan botok'an langsung di atas bungkus daun pisangnya,
BalasHapushahhha.
menurutku, sebenarnya, yang terpenting adalah sikap kita terhadap mereka yang mempercayai tradisi itu. lebih baik kita tetap menghargai tradisi yg mereka yakini (asal tidak terkait keimanan). dan kalupun kita ingin berargumentasi, kita gunakan tutur kata yang santun, apalagi dengan orang tua (saya juga masih belajar untuk hal ini. kadang saya terbawa suasana berapi-api saat berargumentasi terkait tradisi kayak gini. astaghfirullah. heheh).
salam kenal... mampir ke blog ku ya, :0
haah...?? duit?? saya mauuuu... $_$ wahaha
BalasHapuskalau tradisi bertolak belakang dengan agama itu yg menjadi masalah besar ya gan ... :)
BalasHapuswah, makanan kesuakaan saya itu.. wkwkwk
BalasHapussalam kenal :)
Terima kasih telah berbagi Informasi yang bermanfaat.
BalasHapusSukses selalu.
memang dominan orang tua menganggap tradisi sebagai hal yang benar dan wajib untuk dipatuhi. penyebabynya karena pendidikan minim dan terus-terusan di doktrin,termasuk dogma.
BalasHapusEhem... masa iya makan botok langsung di daun bisa seperti itu efeknya? baru denger saya ada mitos tradisi seperti itu. heheheh
BalasHapusbaru baru ini saya juga buat kealahan besar ma orang tua , yaitu ayah saya .... sedih sekali pas aku dimarahi ,, rasanya pengen cabut dari rumah ,, untung disadarin ma kakek aku ...
BalasHapusternyata apa apa yg diinginkan orang tua harus diikuti walaupun nyawa kita yang mereka minta
Ikuti tradisi yang penting jangan ikuti kepercayaannya.
BalasHapusbudidayakan tradisi. agar anak cucu kita tidak melupakan tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala. hee..
BalasHapuswahh!!!! bagus sekali, infonya,,makasih Y
BalasHapustergantung tradisinya si,,
BalasHapusTradisi tradisi. Namanya juga sudah tradisi. Semua itu terserah kakak. ^_^
BalasHapussepertinya dulu tradisi itu substansi-nya dgn tujuan memproteksi mbak, tapi saat ini ketika zaman sudah maju ada kalanya tradisi yang terlalu kuno dan tak ada manfaatnya ditinggalkan aja mbak.
BalasHapusTradisi Boleh
BalasHapusYang penting jangan sampai yang berbau musyrik seperti sesajen dll...
Btw,,Salam kenal sist...
nice article....
BalasHapusthanks for sharing with us...
Di balik itu pasti ada makna tersendiri yang sangat positif buat kita tapi cara penjelasannya memak kebanyakan tak masuk akan ya..
BalasHapusIya sih di tmpat sy jg msih
BalasHapusmnurutku jgn trlalu frontal menolakx ntr bisa menyakiti hati mrk
Tradisi yang sesuai dengan syari'at Islam boleh diikuti, tapi kalau bertentangan dengan syari'at Islam ya jangan. Karena Islam harus lebih di dahulukan dari apapun dan siapapun
BalasHapushehehehe, asyik nie,...
BalasHapusmemang kadang alasannya yg gak masuk akal..
tapi pasti (meski tidak semua) ada maksud baik, biasanya berhubungan dengan sopan santun, atau disiplin atas habit baik..
Iya Mba, terkadang say juga dibuat dongkol dengan keharusna/kepercayaan yang menurut saya tidak masuk akal. Tapi saaya setuju pendapat Mba, sebagai pribadi yang mempunyai pemikiran sendiri, kita juga harus menghargai pendapat atau kepercayaan orang lain. Disanalah peran kita sebagai mahluk sosial. Salam.
BalasHapusTradisi2 yang hanya mitos dan termasuk syirik sebaiknya sih ngk usah di ikuti,,,,
BalasHapusthanks infonya
MalvinShare-This is Time for Sharing
Bisnisberjaya
baca article ini saat galau aduh.. aslinya :D pengen cium pacar #eh
BalasHapussaya rasa ga ada salahnya juga bila haris mengikuti mba !!
BalasHapuskata orang dulu pamai tapi ga tau deh itu bener atau engga
BalasHapusTerimakasih informasinya dan sukses selalu
BalasHapusorang dahulu kata2nya penuh filosofi, meskipun sepele.salam kenal
BalasHapusloww urusan duiittt ngikutttt ajj dah !!
BalasHapus:)
hmm....kalo untuk penghormatan boleh juga, bagaimanapun kalo ga bisa menghormati yang kelihatan, gimana mau menghormati yang kelihatan???
BalasHapusmaksaih artikelnya mbak, moga sukses....
BalasHapusnice :)
BalasHapussaya senang mengikuti postingan anda
postingan yang menarik .
salam kenal yya dan sempatkan mampir ke
website kami.
melestarikan sebuah tradisi
BalasHapusTradisi itu merupakan warisan jadi harus kita ikuti dan tidak boleh dihilangkan.
BalasHapusamong2 ditempatku,,,ngundang batir2 kon kepungan.. alias sedekah memberi makan orang lain
BalasHapus