Pagi itu..***
Kita hanya saling memandang..
Setiap kedip mata memiliki makna..
Pipi yang berpangku dikedua tangan yang tertelungkup..
Aku dan kamu.. dalam sebuah senyuman..
Tatap mata yang hanya berjarak gak lebih dari 30cm adalah jarak kita, jarak yang tak sejauh dulu sebelum kita ada di ruangan yang sama ini. Betapa resahnya dahulu ketika aku berada diantara lautan dan berjajarnya gunung-gunung di luar sana. Tanpa tau keadaanmu, tanpa tau bagaimana kamu, pribadimu dan dan lebih tidak masuk akal lagi, aku mau saat kau mengajukan diri sebagai imamku, orang yang akan bertanggung jawab atas diriku.
24 Juni 2010, kala itu kita hanya bersahabat, saling bertatap tanpa sebuah maksud, kita hanya dua orang yang saling mengenal dari dunia maya. Kita hanya dua orang yang tak saling menganggap. Dan kita hanya dua makhluk tuhan yang mencintai caci dan olok-olok saat berbicara lewat surat maya.
Entah berapa lama aku berada dalam kondisi itu denganmu, hingga pada hari itu kamu datang mengunjungi teman cekcok yang bahkan tak pernah sedikitpun kau puji bagaimana anggunnya seorang wanita atas diriku, Oh.. ternyata... memang itulah kamu, tak pernah mau tau tentang apapun atas diriku.
Dan sejak saat itu pula, benih -yang biasa mereka sebut suka- mulai ada di dalam hati ini, benih itu hanya sekecil biji sawi Jooz, ya.. hanya sebesar itu. Aku yang masih dalam proses sebuah pendewasaan diri, masih berantakan, dan masih tidak peduli dengan apapun mengenai kefeminiman tiba-tiba perhatian begitu saja dengan hal yang remeh temeh itu. Apakah ini sebuah perubahan? Perubahan yan tak pernah kusangka dan tak pernah kuduga. Seolah bukan menjadi diriku sendiri.. dan akhirnya aku menyadari, aku telah jatuh cinta.
Entah cinta yang bagaimana yang aku miliki, dengan tidak punya malunya aku bilang seperti tak ada beban sama sekali
"Hey JooZ... Aku sayang kamu"
Namun, nampaknya kamu hanya menganggapku sebagai seorang boneka kecil, tak berarti. Dan akhirnya perkataan yang keluar dari lubuk hati paling dalam itu luntur tertelan waktu, tanpa tanya, tanpa kelanjutan dan tanpa jawaban yang meyakinkan. Berharap ingin lari saja aku darimu, aku ingin pergi dan tak mau lagi berbicara denganmu, tak akan lagi kulakukan hal-hal yang sepele denganmu walau hanya di dunia maya. Aku merasa ada yang sakit ketika melihat namamu yang muncul di list Yahoo Messenger-ku. Aku ingin diperhatikan, dilihat dan dimengerti seperti wanita-wanita yang dekat denganmu yang mampu dan bisa mengambil hatimu, tapi apa.. Harapanku hanyalah kehampaan yang kosong, terabaikan.
Tahukah kamu Jooz, ternyata yang mereka bilang tentang waktu itu benar. Waktu bisa menghapus segala kesedihan, masalalu, rasa sakit dan cinta yang tak kau inginkan. Sudah 2 tahun sejak saat itu dengan keberadaanmu yang selalu membuatku penasaran dalam diam, keberadaanmu yang tak pernah kutau namun kamu selalu kuharapkan juga hanya dalam diam. kamu adalah hal yang selalu kuinginkan saat itu, tapi aku tak dapat apapun dari keinginanku. Dan.. Jooz, saat ternyata aku mulai sadar akan sesuatu, bahwa Allah memang selalu menguji hamba-hambanya dengan apa yang paling dia ingini (*).
Sejak saat itu dan dengan perubahan waktuku, perubahan pribadiku, perubahan cara berfikirku dan berubahnya keinginanku akanmu. Aku perlahan mampu membiarkan perasaan itu hilang dengan sendirinya. Kusibukkan diriku dengan majelis-majelis ilmu, berkawan dengan akhwat-akhwat dan akhirnya kutemukan diriku dalam duniaku sendiri. Dunia yang telah lama kamu ambil dengan memikirkanmu, sosok yang tak pernah jelas dan tak kukenal sedikitpun.
Namun, saat itulah aku tahu bahwa "Memikirkan seseorang yang paling kuinginkan adalah sebuah kehampaan akan pengenalan sosok seseorang". Jiwa mudaku adalah jiwa yang bergelora, jiwa yang sibuk dengan urusan hati, perasaan, dan pencarian seseorang yang ia kagumi. Jiwa yang masih sangat rapuh dan kebanyakan dari mereka hanya membuang-buang waktu muda yang sebenarnya waktu untuk bermuhasabah diri. Memperbaiki diri tanpa memikirkan orang lain, apalagi sesosok lawan jenis di luar sana, dan aku termasuk salah satunya. Dan yang paling menyedihkan kenyataan itu selalu kubantah dahulu, sebelum waktu menyeretku dalam satu moment yang disebut pernikahan.
Aku tidak akan menyalahkanmu Jooz, aku tak akan menyalahkanmu karena menjauhiku dan terus saja menjauh, karena dengan kejauhanmu, Allah masih memberikanku kesempatan. Sebuah kesempatan untuk bermuhasabah, menilai hati yang kemudian aku berani berkata cintaku kepadamu hanyalah sebuah nafsu, mempunyai banyak sebab dan bukan cinta karena-Nya. Semakin aku mendekat kepada-Nya, semakin aku menemukan jalanku. Dan saat itulah, kamu datang kembali tanpa kuminta, kamu datang dan menawarkan kasih sayang yang pernah kuminta dulu.
Mungkin saja itu jalan Allah, jalan yang harus kutempuh untuk mengartikan sebuah cinta yang sebenarnya. Bukan tanpa keraguan aku menerimamu, hatiku sama gundahnya seperti menunggu jawabmu pada 2010 lalu, mungkin jauh lebih gundah.
6 April 2013 adalah pertemuan kedua kita, dalam suasana yang berbeda. Hari itu kita bukanlah lagi dua orang manusia yang akan saling mengolok dan mencaci, kita bukanlah lagi sahabat maya yang hanya bisa mengumbar kata-kata. Kamu membawa ayah ibumu kepadaku, membuktikan keseriusanmu atas diriku, Khitbah. Raguku hilang Jooz, haru menyeruak dalam dada dan ketidak percayaan hampir saja menghilang dari sistem pemikiranku. Setelah sekian lama mengalami perdebatan hati dengan waktu dan kamu, tulisan-tulisan yang selalu kubuat untukmu, dan semua isi puisi yang kutujukan dengan orang tanpa nama yang tak lain adalah kamu, kini kamu ada di hadapanku.
Bukan.. aku tak ingin menggenggam tanganmu atau merangkul pundakmu, tapi aku ingin mencakarmu dengan segala kemarahanku atas segala penasaran yang kamu buat selama ini.Dan sampai hari itupun, aku tak apapun tentangmu. Yang ku tahu hanya mengapa aku berani menerima pinanganmu, sebuah keyakinan. Karena cinta telah luntur tertelan oleh jalannya waktu.
5 September 2013 pertemuan ketiga kita, dan saat itulah hati paling merasakan perdebatan yang sungguh luar biasa. Hari itu, aku dan kamu akan menjadi satu bagian, saling melengkapi dan memahami. Dan detik ini baru kutau, Allah mencintaiku dengan jalan-Nya, Allah memberikan pilihan atas hidupku dengan cara-Nya, cara yang dahulu kuanggap sangat menyakitkan, Tapi Allah jauh lebih tau dengan jalan hidup kita. Dan detik inipun aku tau, kenapa aku begitu mencintaimu. Alasan yang dulu aku mencintai ketampananmu, aku mencintai berantakanmu sama sekali tidak terbukti. Cintamu kepada Allah-lah yang membuat cintaku selalu ada untukmu.
**
Pernikahan adalah sebuah rahasia Allah, dimana jodoh kita, dengan siapa kita akan menjalani tahap kehidupan selanjutnya. Hanya satu kenyataan bagi kaum muda yang tak bisa terbantahkan, disaat masa sendiri itu, kaum muda menyibukkan diri mencari "siapa pasangan kita?" yang sebenarnya disanalah tempat dan waktu untuk menyiapkan diri "siapa yang pantas untuk kita?", sama-sama kata "siapa?" tapi artinya beda jauh. Karena secara tidak langsung yang menentukan baik dan buruknya pasangan kita adalah diri kita sendiri. Islam memiliki banyak keindahan dalam sebuah hubungan, dengan pernikahan bukan hanya pembuktian akan cinta dengan kata-kata yang tidak memiliki tanggung jawab sama sekali. Tetapi pernikahan adalah sebuah bukti pertanggung jawaban atas cinta dan kehidupan seseorang langsung di hadapan Allah.
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…” (Qs. An–Nur: 26)
- madu akan terasa lebih manis ketika kau nikmati bersama suamimu, bukan pacarmu -
begitulah kia-kira ungkapan sederhananya. Cerita yang saya tulis diatas adalah cerita saya sendiri yang menggambarkan bagaimana masa-masa seseorang sebelum menikah. Dilema hati adalah cobaan dan godaan yang paling kuat pada masa itu. Dan untuk mencari "Siapa yang pantas untuk kita" bukan "Siapa pasangan kita" Islam sudah memiliki banyak cara diantaranya adalah membekali diri dengan ketakwaan, meningkatkan kesalihan, memperbanyak ilmu bukan memperbanyak pacaran :p. Menjaga diri dengan baik, bersabar dan berdoa serta menerima apapun keputusan Allah jika kita sudah melakukan hal yang terbaik.
“…Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak…” (Qs. An–Nisa’: 19)
(*) Allah tidak memberi apa yang paling kita inginkan, tapi Allah memberi apa yang paling kita butuhkan.
Jadi, masihkah kita meragukan Allah dengan cara terbaiknya untuk bertemu dengan jodoh kita dan mempertemukan kita kepada sebuah pernikahan dengan terus saja (maaf) berpacaran? Jatuh cinta bukanlah sebuah kesalahan, mengagumi seseorang adalah sebuah kewajaran, dan rasa ingin memiliki orang tersebut juga adalah hak setiap manusia khusunya kaum muda. Namun, apakah cara kita untuk jatuh cinta sudah benar? Jika merasa belum, yuk perbaiki diri, mumpung masih banyak waktu dan kesempatan yang diberikan oleh-Nya :).
subhanallah inuel :')
BalasHapus